Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Mother Earth and Architecture, Pameran Pengembangan dan Konservasi Budaya Suku Dayak Iban di Sungai Utik

Johanna Erly Widyartanti - Jumat, 06 Desember 2019 | 15:25
Rumah Panjang, tempat warga bersosialisasi, tradisi lokal yang pantas dilestarikan.
Dok. Yori Antar-Han Awal & Partners

Rumah Panjang, tempat warga bersosialisasi, tradisi lokal yang pantas dilestarikan.

Apa yang diupayakan bukan hanya membangun replika demi replika tapi juga menghidupkan setiap budaya di lokasinya masing-masing dengan kesadaran masyarakatnya.

Dua bangunan inilah yang menjadi highlight dari pameran Mother Eart & Architekture yang diisi dengan rangkaian program acara di anatranya pameran instalasi desain, talkshow, workshop, dan puncak acara “Dayak Melihat Dunia”.

Rancangan desain gereja Katholik dengan arsitektur tradisional dan filosofi masyarakat setempat.

Rancangan desain gereja Katholik dengan arsitektur tradisional dan filosofi masyarakat setempat.

Di setiap program acara terselip cerita dan pesan bahwa Indonesia adalah pusat kebudayaan.

Ketika bangsa lain memiliki budaya yang seragam, maka keragaman budaya di Indonesia menjadi keunikan dan keunggulan.

Baca Juga: Jokowi Ingin Ekspor Furnitur dan Kerajinan Lokal Tumbuh Dua Digit

Musik dan budaya, kerajinan masyarakat suku Dayak Iban dilestarikan dan dikembangkan.

Musik dan budaya, kerajinan masyarakat suku Dayak Iban dilestarikan dan dikembangkan.

Pameran ini adalah juga sebuah upaya mengubah pola pikir tentang kelokalan dan tradisi.

“Tradisi ini bukan masa lalu. Selalu orang-orang bilang, tradisi itu adalah peninggalan zaman lalu, zaman kebodohan, atau paling jahat peninggalan zaman kegelapan. Selau distempel seperti itu,” ungkap Yori dengan ekspresi yang menggambarkan kegemasan sekaligus keprihatinan mendalam.

“Harus ada perubahan pola pikir bahwa tradisi bukan masa lalu, tetapi adalah masa kini dan masa depan. Kita harus bisa menciptakan tarian dan lagu kita sendiri, dan biarlah orang lain terinspirasi,” lanjutnya.

Keinginan untuk memberdayakan masyarakat lokal di Sungai Utik atas kekayaan budayanya, diwujudkan dalam pembangunan Rumah Budaya ini.

“Rumah Budaya, berisi tempat pemberdayaan masyarakat, masyarakat (yang ahli) ukir, menganyam, dan bisa jadi galeri budaya. Juga akan menjadi tempat para turis datang. Disediakan juga fasilitas menginap di sana,” tambah Yori yang sangat ingin masyarakat lokal tak hanya jadi penonton tetapi mendapat manfaat dari kekayaan daerahnya.

Editor : iDEA

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular