IDEAonline - Bunda, susunya kemasukan semut. Enggak mau minum, ah!” seru Abel sambil meletakkan kembali gelasnya di atas meja.
“Abel berangkat, ya,” tambahnya seraya bergegas menuju pintu depan.
Ia kemudian masuk ke dalam mobil jemputannya.
Apa yang dialami Abel mungkin juga pernah terjadi pada kita.
Menurut Upik Kesumawati Hadi, DVM, MS, Ph.D., Kepala Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, semut memiliki perilaku makan sebagai predator atau pemakan bangkai.
“Ini menyebabkan serangannya pada makanan dan minuman membuat kita merasa jijik dan ogah mengonsumsinya,” ujarnya.
Kehadiran semut memang merepotkan bagi kehidupan manusia.
Selain memberi kesan jorok, semut juga mengganggu kenyamanan. Bayangkan saja, lagi asyik-asyik mengetik pakai komputer tiba-tiba ada serangan semut merah kecil.