“Produk ini memang untuk membuat permukaan baja ini jauh lebih aman digunakan.
Jadi bisa mengurangi inhabitan rate atau tempat virus berkembang sampai 99,91 persen.
jadi kalau virus nempel bukan dia mati yah, tapi media tersebut (baja yang sudah dilapisi) oleh teknologi dari nexalum anti virus ini bisa membuat virus ini jadi tidak bisa berkembang biak.
Otomotis ini punya satu anti microbrial di permukaan tersebut,” terang Stephanus lagi.
Inovasi seperti ini sebenarnya pernah diterapkan saat Hongkong, China dilanda wabah SARS pada tahun 2002-2004 silam.
Saat itu China mencegah penyebaran virus dengan teknologi pelapisan baja dengan cairan anti virus untuk digunakan di transportasi umum seperti MRT, kereta dan tempat umum lain.
Teknologi ini yang kemudian dikembangkan agar dapat diproduksi di pabrik bahan baku baja ringan PT Tata Metal Lestari grup dari Tatalogam di Cikarang.
“Jadi teknologi ini kami kembangkan lagi.
Jadi yang tadinya hanya bisa diproduksi dengan kuantiti terbatas, tapi dengan kami aplikasikan di mesin pelapisan (CGL) kami, bisa diproduksi lebih cepat dan lebih banyak.
Jadi satu bulan kapasitasnya 18 ribu ton. Dan ini kami harap bisa digunakan di mana-mana,” jelas Stephanus.