Pengembangan flavonoid menjadi obat banyak menghadapi kendala.
Flavonoid diketahui sedikit terserap ke dalam darah, selain itu juga mudah mengalami kerusakan dalam saluran cerna karena terdekomposisi oleh enzim dan mikroba.
Kuersetin hanya 16 persen yang masuk kedalam darah. Hesperidin juga mengalami kendala yang sama karena masalah kelarutan dalam air.
"Oleh karena itu beberapa peneliti membuat turunan hesperidin yang mudah larut dalam air dengan menambahkan gugus glukosa," katanya.
Turunan hesperidin tersebut ternyata lebih mudah terserap ke dalam darah dan memiliki aktivitas antivirus influenza A lebih baik dibandingkan dengan hesperidin.
Saat ini beberapa flavonoid juga dikembangkan dalam bentuk sediaan nano untuk mengatasi masalah tersebut.
"Penelitian lebih lanjut flavonoid untuk anti virus masih harus dilanjutkan, karena masih lebih banyak penelitian in vitro atau in vivo. Apalagi untuk obat Covid 19 karena virus baru, bukti masih terbatas," tegas Prof. Abdul.
"Uji klinis terhadap anti Covid-19 yang telah dilakukan di China adalah bentuk ramuan TCM, jadi tidak jelas senyawa yang bertanggung jawab, tidak akan diketahui," tutupnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul "Kontroversi Lemon dan Teh Bunuh Virus Corona, Ahli UI Paparkan Faktanya"
Baca Juga: Bersihkan Saluran Wastafel dengan Garam dan Lemon, Jangan Kaget Ini yang Akan Dirasakan!
(*)