Faye juga menekankan, pasca-pandemi akan banyak co-working space yang tumbuh di wilayah kluster-kluster residensial.
"Kebutuhan co-working space nantinya akan menjadi fasilitas yang selalu disediakan oleh pengembang residensial seperti halnya fasilitas gym," lanjutnya.
Hal ini karena menyewa ruangan di co-working space lebih murah ketimbang menyewa ruangan kantor konvensional.
Apalagi setiap co-working space rata-rata memiliki komunitas yang solid yang terdiri dari start up-start upyang menjadimembermereka.
Baca Juga: The Little Wing, Oasis Apik Rancangan Co-working Klub Wanita
Faye menjelaskan bahwa start up akan sangat merasa diuntungkan ketika menyewa ruang di co-working space.
Selain itu, co-working space mampu memberikan penawaran penyewaan ruang di bawah jangka waktu satu tahun.
"Para start-up bisa mengajukan penyewaan ruang kantor yang lebih fleksibel ketimbang menyewa ruangan di perkantoran biasa. Karena co-working space dapat menyediakan ruangan yang cukup untuk para start up yang baru memulai bisnis," terang Faye.
Perusahaan juga tidak harus menyewa sesuai jumlah orang dan kebutuhan ruangan.
Mereka bisa membuat sebuah rotasi kelompok untuk hadir ke ruangan selama sebulan.
"Misalnya ada 20 staf dalam satu perusahaan. Mereka bisa melakukan rotasi staf untuk hadir meskipun tidak sehar penuh. Dalam satu bulan terdapat 160 jam kerja, satu minggu ada 40 jam kerja, para staf dapat mengaturnya, hal ini dapat mengurangi biaya dan meningkatkan fleksibilitas perusahaan," terang Faye.