Bedanya, orang-orang ini tak hanya berbagi atap saja, tapi juga membentuk satu komunitas sendiri layaknya “keluarga” yang saling membantu dan mendukung.
Kemunculan di tengah pandemi
Baru-baru ini, kemunculan Coliving telah membantu banyak kaum millennial memecahkan permasalahan hunian tak fleksibel ataupun berharga sewa mahal.
Apalagi, Coliving juga menyediakan berbagai event serta fasilitas umum yang dapat membantu terbangunnya jalinan hubungan antar penghuninya.
Di kala banyak pekerja didorong untuk bekerja di rumah, mereka yang tinggal di lingkungan Coliving justru tidak perlu mengorbankan kenyamanan semasa bekerja karena tetap dimungkinkan untuk menjaga komunikasi serta kondusivitas kerja di dalam ruang komunal.
Sebagai pekerja digital media lepas di Jakarta, Fati (24) memiliki kebebasan untuk memilih tempat kerjanya.
Namun, Ia memutuskan untuk menyewa ruang co-working di Mega Kuningan.
Pilihan tersebut didasari oleh adanya kemungkinan untuk melakukan networking, hingga tersedianya acara mingguan hingga fasilitas macam WiFi berkecepatan tinggi.
Sebelum Pemerintah Jakarta mendorong warganya untuk bekerja dari rumah pada awal Maret, Fati biasa menghabiskan 15 menit waktu perjalanan ke tempat kerja dari huniannya di kawasan Setiabudi yang disewa dari operator Coliving bernama Flokq.