IDEAonline -Sebutan rumah tumbuh menjadi populer di kalangan umum (bukan cuma arsitek), dan biasa diterapkan oleh pasangan muda yang baru menikah.
Tampaknya konsep ini menjadi digemari karena memberikan solusi bagi masalah klasik:
ingin punya rumah cukup besar tapi dana terbatas.
Menambah Tanpa Membongkar
Enaknya membangun rumah dengan konsep rumah tumbuh adalah:
sekalipun tahap awal Anda hanya membangun rumah dengan ukuran seadanya, Anda menyiapkan struktur untuk pembangunan selanjutnya.
Jadi pada saat menambah ruang—khususnya ke atas—Anda tidak perlu melakukan pembongkaran besar besaran untuk menambah pondasi, misalnya.
Paling Anda hanya perlu membobok sedikit dinding untuk menggeser letak pintu, atau mengubah fungsi ruang—misalnya ruang yang tadinya berfungsi sebagai ruang keluarga, sekarang menjadi ruang makan.
Inilah yang menjadi keunggulan konsep rumah tumbuh.
Namun masalah yang seringkali muncul bila kita menambah ruang atau memperbesar rumah secara bertahap adalah denah yang terkesan “kacau”, rumah terkesan tambal sulam.
Baca Juga: Mudah, Begini Cara Buat Pembatas Ruangan atau Partisi Non Permanen!
Baca Juga: Tak Sekedar Kuat, Intip Inspirasi Tangga Terbaru 2020 Nan Unik
Nah bagaimana menghindari hal ini? Sebenarnya akan sangat baik bila Anda sudah memiliki desain akhir dan menentukan jumlah tahap pembangunan—apakah 2 tahap, 3 tahap, atau berapapun yang Anda inginkan—di saat awal.
Bila demikian, “kekacauan” tidak akan terjadi.
Tapi kadang-kadang kebutuhan sulit diperkirakan dengan pasti. Bisa jadi tadinya Anda hanya membutuhkan 3 ruang tidur, di tengah jalan Anda membutuhkan 4 ruang tidur. Tidak masalah.
Kalau Anda tidak bisa menyiapkan desain akhir yang sempurna, setidaknya Anda menentukan pembagian areanya.
Misalnya, area servis di sisi kanan, area ruang tidur di sisi kiri, kemudian ruang terbuka untuk ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan di bagian tengah.
Menurut Wijoyo (arsitek) Anda juga perlu menentukan apakah akan “menyusun” ruang tidur secara lienar ke arah belakang atau ke arah samping.
Bila ini sudah Anda lakukan di awal, “kekacauan” flow atau aliran gerak di rumah Anda yang akan mengurangi kenyamanan bisa dihindari.
Pokoknya, jangan sampai setelah membangun, Anda menyesal, “kenapa ruang tidurnya dulu nggak dibangun di sini saja, ya.”
Hati-hati dengan Klaim Rumah Tumbuh dari Pengembang
Banyak pengembang mengunggulkan bahwa rumah yang dijualnya adalah rumah tumbuh.
Anda perlu hati-hati dengan pernyataan ini.
Ada pengembang yang memang betul-betul menyediakan struktur yang siap untuk dikembangkan—terutama ke atas—tapi ada juga yang hanya memakai istilah rumah tumbuh sebagai strategi marketing, untuk menarik pembeli.
Tampaknya katagori kedua ini yang lebih banyak.
Pengembang katagori kedua ini sebenarnya hanya menyediakan tanah lebih.
Maksudnya, ia menjual rumah dengan ruang standar tapi tanahnya luas.
Dengan demikian pengertian rumah tumbuh yang dipakai adalah bahwa lahannya masih cukup bila rumah ingin “ditumbuhkan”.
Tapi dari struktur ia tidak menyiapkan untuk bangunan dua lantai.
Perhatikan dulu masalah struktur ini sebelum Anda tergoda dengan konsep rumah tumbuh yang ditawarkannya.
Karena kalau benar pengembang tersebut hanya menyediakan tanah lebih, berarti saat Anda ingin mengembangkan ke arah atas, Anda harus berurusan dengan memperbesar kolom, menambah kekuatan pondasi, yang bisa jadi memakan biaya di luar perkiraan.
#BerbagiIDEA #Berbagicerita #BisadariRumah #GridNetwork
Artikel ini tayang di Tabloid RUMAH edisi 55
(*)