Baca Juga: Plus Minus Investasi Rumah Vs Investasi Lahan, Mau Pilih Mana?
3. Saham
Penurunan sekitar 30 persen Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi pada awal Maret 2020 membuat harga saham menjadi murah.
Kondisi serupa masih berlanjut hingga Rabu (15/4/2020), di mana indikator kinerja bursa saham merosot 1,71 persen dan berhenti di 4625,9.
Jika dihitung sejak awal 2020, artinya, IHSG masih minus 26,57 persen, sebagaimana dilansir Kontan, Kamis (16/4/2020).
Melihat pergerakan IHSG yang merosot seperti itu, praktisi bisnis Rhenald Kasali mengatakan, kondisi tersebut bisa dimanfaatkan untuk berinvestasi saham.
Pasalnya, ini adalah momen ketika pasar saham "sedang diskon".
“Ketika harga saham sedang murah, (ini menjadi) kesempatan untuk membeli (saham). (Namun) dengan syarat dan ketentuan berlaku tentunya, terutama dengan saham-saham blue chip, saham-saham yang governance-nya baik, bukan saham-saham 'gorengan'," kata Rhenald, seperti dirilis Kompas.com.
Baca Juga: Membidik Rumah yang Mau Dibeli, 4 Hal Ini Wajib Dipastikan Aman
Meski begitu, Rhenald memberi sedikit catatan.
Ia menyarankan untuk menjadikan saham sebagai investasi jangka panjang (long term) bukan jangka pendek (short term).