Bahkan, kini banyak orang mulai tertarik menerapkan gaya hidup ramah lingkungan.
Mereka tersadar bahwa dengan tindakan yang sederhana dapat membantu menyelamatkan bumi dari kerusakan.
Penggunaan sedotan dari bambu atau stainless steel serta membawa kantong belanja sendiri daripada harus menggunakan tas plastik pun mulai diterapkan banyak orang di dunia, khususnya mereka generasi muda.
Berdasarkan survei dari Global Web Index pada 2018, lebih dari 60 persen responden milenial dengan usia 22-35 tahun rela membayar ekstra untuk produk yang ramah lingkungan.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan gen X dengan usia 36-53 tahun dan baby boomer dengan usia 55-64 tahun yang hanya sebanyak 55 persen dan 46 persen.
Sementara itu, sebanyak 58 persen responden gen Z yang juga mulai mengikuti jejak milenial untuk memilih produk ramah lingkungan.
Produk ramah lingkungan yang dipilih banyak orang tidak terbatas hanya sedotan dan tas belanja, tetapi juga produk kecantikan, fashion, hingga furnitur.
Kandungan yang tidak berbahaya baik bagi manusia dan lingkungan, minimnya penggunaan zat kimia berbahaya, serta tidak menghasilkan limbah menjadi daya ukur sebuah produk ramah lingkungan dipilih.
Keuntungan penggunaan teknologi ramah lingkungan Melihat tren dan respons pasar mengenai penggunaan teknologi ramah lingkungan, sektor industri pun mulai sadar dan terdorong untuk menerapkan konsep serupa, mulai dari pemilihan bahan baku, proses produksi, hingga pengolahan limbah.
Namun, tidak sedikit yang beranggapan bahwa penggunaan teknologi ramah lingkungan membutuhkan biaya besar.
Kenyataannya justru sebaliknya, penggunaan teknologi ini justru mampu menghemat biaya.