"Untuk bagian ekstrasi RNA misalnya, memang kami masih lakukan secara manual sehingga kapasitas pemeriksaannya masih belum terlalu banyak, sekitar 100 sampel per hari," kata Soegianto Ali dalam acara peluncuran laboratorium Covid-19 dan laboratorium farmakogenomik yang dilakukan secara daring, Jumat (7/8/2020).
Dia menjelaskan, karena laboratorium yang baru saja diresmikan ini konsepnya untuk penelitian dengan alur satu pintu.
Di mana, semua sampel yang akan diperiksa hanya melalui rumah sakit Atma Jaya. "Dengan demikian bisa lebih terkontrol dan hasilnya nanti akan melalui rumah sakit (Atma Jaya) juga.
Namun kami tengah mengusahakan untuk optimalisasi beberapa proses sehingga diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama, kapasitas bisa ditingkatkan," jelasnya.
Sementara laboratorium Farmakogenomik dilakukan dengan kolaborasi riset melalui kerja sama dengan Nalagenetics, perusahaan teknologi medis berbasis di Singapura.
Baca Juga: Terungkap, Kenapa Anak Balita Berpeluang Tinggi Tularkan Covid-19
Lab farmakogenomik dikembangkan untuk menilai risiko pemberian obat-obatan, terutama untuk obat-obat yang memiliki margin keamanan yang sempit, serta obat-obatan yang harus diminum untuk jangka panjang seperti obat kanker, obat anti-epilepsi, obat pengencer darah, dll.
Farmakogenomik (PGx) sendiri merupakan sebuah bidang ilmu pengetahuan yang menelusuri bagaimana susunan genetik seseorang dapat mempengaruhi respon individu tersebut terhadap pengobatan.
Farmakogenomik dapat membantu klinisi memprediksi respon obat pasien berdasarkan varian gen.
Tes seperti ini dapat membantu mengurangi risiko kesalahan peresepan obat, memprediksi risiko efek samping pengobatan, sehingga membantu pasien menghemat biaya, meningkatkan keamanan pengobatan dan mempercepat mencapai dosis optimum pemberian obat yang sering membutuhkan fase “trial-and-error”. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Unika Atma Jaya Jakarta Resmikan Laboratorium Covid-19 Aman Lingkungan
#berbagiCerita