Bagian bawahnya diberi batu koral kecil, yangmembuat ruang ini terkesan seperti outdoor. Inimembuat ruang keluarga terkesan “terbuka”, seperti berada di ruang luar. Padahal sebenarnyaruang ini benar-bener tertutup.

Anak tangganya terbuat dari kayu ulin/kayu besi bekas bantalan lori tebu
Anak tangganya terbuat dari kayu ulin/kayubesi bekas bantalan lori tebu, yang umurnyasudah puluhan tahun.
Sementara rangka danbalustrade-nya menggunakan material besi yangmenandingi kekokohan si kayu besi.
Kayu-kayuini dibeli di daerah Situbondo. Sebagai penyangga tangga, digunakan duatiang kayu bekas tiang listrik jaman Belandasepanjang 8,5 m.
Tiang kayu ini juga menyanggaplafon kaca di atas area tangga ini. Hal yang mungkin patut mendapat perhatiandi sini adalah sambungan kayu penyanggatangga ini.
Menurut Hartono, sekumpulanmahasiswa pernah berkunjung ke rumahnyauntuk mempelajari sambungan kayu ini. Salahsatu kayu dibuat coak, sementara kayu lainnyadibuat menonjol. Lalu kedua kayu disatukan, dan “diikat” dengan besi yang diperkuat baut.
Mari kita naik ke lantai 2. Yang menakjubkan, ruang dilantai 2 ini jauh lebih terang lagidibandingkan lantai 1-nya. Ruangini tidak terlalu banyak diberiperabot, sehingga terlihat begituluas.
Kesan luas ini juga ditunjangtingginya plafon/atap (tinggi totalbangunan ini adalah 10,5 m). Lantai ruang ini dilapis tegel kuncihasil bongkaran rumah jamanBelanda.
Baca Juga: Hindari Peletakan Karpet Berbulu Tebal di Rumah, Picu Polusi!
Pada sisi kanan ruang ini berjajardua ruang tidur anak. Sementara disisi kiri adalah teras/balkon.
Di sini bisa terlihat jelasbagaimana tiang penyanggatangga yang terbuat dari kayubekas tiang listrik menyanggaatap kaca. Tapi atap kaca ini jugadisangkutkan ke dinding-dindingyang ada di sekelilingnya.