IDEAonline –Angkul-angkul merupakan satu unitpintu pekarangan umah—rumahtradisional Bali—yang masih banyakdipakai di bangunan Bali modern.
Simak bagaimana pengaturan tataletak angkul-angkul yang benar.
Di Bali, angkul-angkul lebihsering disebut sebagai pintu keluar (pemesuan atau pemedal) dan bukansebagai pintu masuk (Oka Saraswati, 2001).
Pintu pekarangan Bali inisangat unik dengan tembok pembatas (penyengker), tembok di belakangpintu (aling-aling), dan dua patung didepannya ini.
Sampai sekarang angkul-angkulmasih digemari oleh masyarakatBali, bahkan oleh orang luar Bali.
Pintupekarangan ini tak hanya punya cirikhas arsitektur tradisional Bali denganornamennya yang unik, tetapi juga saratdengan makna simbolis, ritual, dan magisyang terkandung di dalamnya.
Makna Sosial, Keamanan, Ritual, danMagis.
Angkul-angkul, selain berfungsisebagai pintu keluar dari rumah jugadapat merupakan fasilitas bersama yangkomunikatif.
Pada sore hari angkul-angkul dapat berfungsi sebagai fasilitasbersama untuk bercengkerama antarapemilik umah dengan tetangga ataupunteman dari desa.
Selain itu, pemakai jalanyang kehujanan atau kepanasan dapatmenggunakan angkul-angkul untukberteduh.