IDEAonline –Ketika ruang keluarga menjadi prioritas, kita harus rela memasukkan banyak fungsi ke dalam ruang keluarga.
Transisi gaya hidup orang Indonesia dari pola klasik ke pola yang lebih modern, membuat posisi ruang keluarga berada dalam kegamangan.
Ruang ini kadang-kadang “disembunyikan” di bagian belakang atau di lantai 2 sehingga tidak terjangkau oleh tamu.
Alasannya, karena di ruang inilah pemilik rumah bisa tanpa malu nonton TV sambil angkat kaki.
Tapi bagi keluarga muda dengan gaya hidup yang lebih modern, ruang keluarga justru sering diekspos sedemikian rupa, sehingga langsung bisa dijamah dari pintu utama.
Pasangan Prihatna Dwiananta dan Dian Damayanti memilih model kedua. Ketika membangun rumah ini, catatan yang diberikan pada adiknya yang berprofesi sebagai arsitek adalah: ingin ruang keluarga yang besar.
Konsekuensinya, ruang ini tidak bisa “disembunyikan”, apalagi pasangan ini tidak ingin rumah tingkat.
Dengan permintaan ini, ruang keluarga haruslah berada di tengah, memakan sebagian besar lahan, dan menjadi pusat dari sebagian besar kegiatan yang ada di dalam rumah.
Kalau perlu, ruang keluarga juga menampung fungsi-fungsi kegiatan lain dalam rumah.