IDEAOnline-Lockdown atau penguncian yang dilakukan sejumlah negara besar di dunia untuk menekan penyebaran virus corona menyebabkan pengurangan emisi karbon global secara ekstrem.
Kendati demikian, kondisi ini tidak akan bertahan lama, tim ilmuwan internasional menganalisis kembali beroperasinya industri seiring dibukanya lockdown, akan mendorong tingkat polusi dengan cepat.
Melansir Futurism, studi dilakukan para akademisi di University of East Anglia, menunjukkan emisi harian berkurang hingga 17 persen selama lockdown di masa pandemi virus corona.
"Pengurungan populasi telah menyebabkan perubahan drastis dalam penggunaan energi dan emisi CO2," Corinne Le Quéré, profesor di University of East Anglia, dan penulis utama makalah yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change.
Perubahan emisi karbon yang paling signifikan yakni terjadi di China, Amerika Serikat dan Eropa.
Penurunan ini sangat besar, sehingga akan menempatkan negara-negara di dunia pada pencapaian target untuk mencapai tujuan iklim sejalan dengan yang diamanatkan dalam Perjanjian Paris PBB.
Penurunan polusi udara global hanya sementara Kendati para ilmuwan mencatat penurunan polusi global turun hingga 17 persen, namun kondisi ini hanya sementara.
Sebab, polusi udara akan kembali terdorong ke level tinggi seiring dengan dibukanya lockdown atau penguncian dan pembatasan sosial yang dilakukan sejumlah negara.
Selama penurunan emisi karbon pada puncak pengurungan pada awal April 2020, sedikitnya 17 juta ton karbon dioksida yang terkandung dalam polusi udara global berkurang.