Semua alasan itu masuk akal dan sah-sah saja. Namun mungkin akan lebih baik bila kita juga dapat menimbang-nimbang kerugiannya bila kita tebang pohon itu.
Rumah kita bisa dilihat sebagai “pinjaman ruang” dari alam untuk kita tempati sebagai tempat tinggal.
Sebelumnya ruang itu kosong dan bekerja sebagai sebuah ekosistem alamiah. Ketika manusia masuk, mengolah dan merekayasanya sebagai kota, sebuah lingkungan binaan, maka terbentuk sebuah keseimbangan baru di alam baru, yaitu kota.
Suhu lingkungan yang tadinya normal, menjadi tidak normal, lebih panas. Pohon meneduhi ruang di bawahnya.
Tanah yang ternaungi akan lebih dingin daripada yang terkena sinar matahari langsung. Perbedaan ini akan memberikan perbedaan tekanan udara yang mengakibatkan angin, bisa angin sepoi-sepoi sampai angin putting beliung.
Semakin banyak naungan akan semakin lebih baik, terutama yang dibentuk oleh ruang-ruang di bawah pohon penaung. Lingkungan sekitar kita akan terasa lebih sejuk.
Orang Indonesia adalah manusia tropis, lebih suka kepada ruang di bayangan naungan teduh dibanding terekspos sinar matahari, apalagi di siang hari.
Semakin banyak naungan, juga semakin sejuk di mata, tidak silau. Semakin banyak benda terkena sinar matahari, pantulannya akan membuat ruang lingkungan kita menjadi lebih panas.
Jadi, sebaiknya memang kita memikirkan lagi niat untuk menebang pohon itu. Apakah memang bijaksana?