IDEAonline – Sambal terasa cocok bila dimakan sebagai teman nasi. Kalau dimakan sebagai teman pisang goreng?
Sepertinya kurang pas. Pisang goreng yang bercitarasa manis, lebih cocok bila diberi coklat atau ice sugar.
Tapi bagi sebagian orang (di antaranya orang Manado), pisang goring biasa dimakan dengan sambal.
Baca Juga: Ada Apa dengan Tangga di Rumah? Ternyata Ini Faktanya Menurut Fengshui
Tapi pisangnya dipilih yang tidak terlalu matang, dan tepungnya pun diramu sedemikian rupa, sehingga akhirnya pisang goreng itu memang enak bila dimakan dengan sambal yang juga diramu dengan resep tertentu.
Mungkin ilustrasi ini bisa sedikit menggambarkan tentang gaya eklektik. Kata eklektik sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu eklektikos, yang artinya “pilihan” atau “menggabungkan”.
Secara harafiah, kata ini bisa diartikan sebagai sesuatu yang dipilih dengan alasan atau pertimbangan tertentu; gabungan hal-hal terbaik dari yang tersedia.
Memang makna asal dari sebuah kata seringkali berubah jauh dari penggunaan kata tersebut sebagai istilah populer.
Sekarang ini penggunaan istilah eklektik mengacu ke desain ruang yang mencampurkan beberapa elemen (bisa dalam bentuk perabot, hiasan, atau bentuk lain) dalam gaya yang tidak berpadanan.
Dalam pengertian ini, eklektik mungkin bisa disinonimkan dengan kata “heterogen”.
Memang tidak ada aturan khusus yang mengatur mana yang disebut berpadanan dan mana yang tidak.
Tapi beberapa elemen yang seolah berbeda dunia ini tetap harus memiliki satu benang merah yang membuat perpaduannya menjadi nyambung.
Benang merah ini bisa berupa warna, bentuk, finishing, bahan, tekstur, atau apapun.
Baca Juga: Gunakan Keset Ijuk dan Parfum Ternyata Ajaib Tangkal Ular Masuk ke Rumah, Terungkap Ini Alasannya
Misalnya, pada Gambar 1, terlihat sofa dengan upholstery kain (fabric) warna off white yang bergaya modern, bersanding dengan lukisan dengan pigura berukir pada satu ruang tamu. Perhatikan di sisi kiri, ada sebuah meja (peti) model antik.
Sekalipun berbeda dalam gaya, masih ada kesinambungan warna di sini yaitu kecoklatan.
Selain itu, meja antik yang digunakan juga tidak terlalu banyak ukirannya, sehingga masih cocok untuk disandingkan dengan perabot lain yang bergaya simpel.
Di sudut ini terdapat satu meja laci yang ukurannya lebih besar, bergaya antik oriental dengan handle tembaga khas perabot kuno.
Meja ini juga sebetulnya berbeda “gaya” dengan sofa off white, meja berlapis kulit, wood blind pada jendela, dan ruangan itu secara keseluruhan.
Tapi ada benang merah yang menghubungkan bendabenda beda dunia ini, yaitu warna. Meja antik yang berwarna kemerahan ini senada dengan satu bidang dinding yang dicat merah
Tapi sekalipun bicara tentang pencampuran, tidak berarti perabot macam-macam gaya bisa dipadukan begitu saja dari segi jumlah.
Biasanya ruang yang bersangkutan sudah ditata dengan satu warna tersendiri, misalnya saja modern.
Lalu ada satu-dua benda antik yang diletakkan di sana sebagai aksen. Yang penting dari semua aturan tadi adalah benda-benda tersebut tetap harus dipadukan dengan satu cita rasa seni yang baik, sehingga tetap indah dilihat.
#BerbagiIDEA #Berbagicerita #BisadariRumah #GridNetwork
Artikel ini tayang di Tabloid RUMAH edisi 74