Pada konteks kehidupan urban sebelum pandemi, keluarga kecil rata-rata jarang bersama untuk jangka waktu yang panjang.
Baca Juga: Anti Ribet, Kaum Urban Butuh Peranti Masak Multifungsi, Ini Contohnya!
Devie menuturkan, durasi untuk tatap muka seorang ayah, ibu, dan anak umumnya hanya berlangsung sesaat karena faktor kesibukan.
Lantas, selama masa awal pandemi, mereka seakan dipersatukan kembali di rumah, menghadapi satu sama lain selama 24 jam.
"Begitu mereka kembali bertemu untuk waktu yang lama, itu layaknya orang lain," kata Devie.
"Title-nya mungkin ayah, ibu, anak, sepupu, dan sebagainya, tetapi ketika semua di rumah, mereka jadi harus saling mengenal lagi satu sama lain dan itu bukan perjuangan yang mudah," tambahnya.
Dalam situasi penuh tekanan, tak sedikit orang mengalihkan stres ke aktivitas lain.
Penelitian Devie dengan menganalisis 140 juta percakapan di media sosial selama hampir 8 bulan, menemukan ada 15 aktivitas baru yang menyeruak di masa pandemi sebagai pengalih stres.
Lima belas aktivitas baru itu yakni memasak dan mencoba menu baru, belanja secara online, menggambar dan mengoleksi barang.
Kemudian melihat video orang lain, menonton film, bersepeda, fotografi, menonton drama korea, hingga rebahan dan memelihara kucing serta ikan cupang, serta berkebun.
Menurut Devie, melalui hobi baru seseorang berupaya melupakan sejenak segala tuntutan pekerjaan, keluarga, sekolah dan lain sebagainya.