Manfaat itu hanya terlihat pada pasien yang sakit parah - mereka yang memiliki kadar oksigen kurang dari 93% atau membutuhkan oksigen tambahan.
“Tidak ada penelitian lain yang dapat saya ingat yang telah mengubah praktik hampir dalam semalam di seluruh dunia seperti yang dilakukan ini,” kata Dr. Venkateshaiah.
Deksametason dipakai melalui mulut atau diberikan melalui infus kepada pasien yang sakit parah- seringkali bersamaan dengan remdesivir. Tapi Dr. Venkateshaiah menekankan, bahwa dokter harus berhati-hati dengan dosisnya.
"Terlalu banyak mengonsumsi obat ini berpotensi menempatkan pasien pada risiko infeksi baru, terutama infeksi bakteri, atau bahkan infeksi jamur," ia memperingatkan.
3.Terapi plasma konvalesen
Terapi plasma konvalesen berangkat dari gagasan “meminjam” antibodi - yang merupakan protein yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk melawan infeksi - dari seseorang yang sembuh dari suatu penyakit dan memberikannya kepada seseorang yang sakit parah karena penyakit yang sama.
Sistem pengobatan ini telah dieksplorasi untuk banyak penyakit berbeda selama seabad terakhir.
Dijelaskan Dr. Venkateshaiah, pasien yang sembuh dari infeksi virus corona kemungkinan meningkatkan respons antibodi terhadap infeksi dengan cara yang lebih hebat.
Dan begitu mereka memproduksi antibodi, mereka kemungkinan akan memiliki antibodi dalam sistem mereka selama beberapa minggu atau bulan pada tingkat yang sangat tinggi.
“Jadi kami mengambil darah seseorang yang telah sembuh dari Covid-19, mengambil plasma (bagian dari darah yang akan mengandung antibodi) dan memberikannya kepada pasien yang belum sembuh dari infeksi virus corona,” ujar Dr. Venkateshaiah.
“Idenya adalah bahwa mungkin antibodi yang dipinjam berpotensi membantu pasien melawan infeksi dengan lebih baik,” lanjutnya.
FDA mengizinkan rumah sakit menggunakan terapi plasma konvalesen untukprngobatan virus corona dengan gejala parah.