Melansir Science Alert, pada Juli 2020, sebuah studi penting menemukan, bahwa simulasi sinar matahari dengan cepat menonaktifkan SARS-CoV-2 di permukaan.
Menurut perkiraan mereka, 90 persen virus SARS-CoV-2 dinonaktifkan setiap 10-20 menit dalam air liur yang disimulasikan ketika terkena simulasi sinar matahari yang mewakili hari musim panas di permukaan laut.
Bulan berikutnya, studi lain menghasilkan model teoritis yang menggambarkan inaktivasi SARS-CoV-2 oleh sinar matahari.
Luzzatto-Feigiz dan tim membandingkan hasil keduanya.
Inaktivasi Virus Corona 8 Kali Lebih Cepat
Studi ini menemukan virus SARS-CoV-2 tiga kali lebih sensitif terhadap sinar UV di bawah sinar matahari daripada influenza A, dengan 90 persen partikel virus corona dinonaktifkan hanya dalam waktu setengah jam terpapar sinar matahari tengah hari di musim panas.
Sebagai perbandingan, di musim dingin, partikel infeksius cahaya bisa tetap utuh selama berhari-hari.
Perhitungan lingkungan yang dibuat oleh tim peneliti terpisah menyimpulkan molekul RNA virus sedang rusak secara fotokimia, secara langsung oleh sinar cahaya.
Ini lebih kuat dicapai dengan panjang gelombang cahaya yang lebih pendek, seperti UVC dan UVB.
Karena UVC tidak mencapai permukaan bumi, mereka mendasarkan perhitungan paparan cahaya lingkungan mereka pada bagian gelombang menengah UVB dari spektrum UV.