"Inaktivasi yang diamati secara eksperimental dalam simulasi air liur lebih dari delapan kali lebih cepat daripada yang diharapkan dari teori," tulis Luzzatto-Feigiz dan rekannya.
"Tapi, para ilmuwan belum tahu apa yang sedang terjadi," kata Luzzatto-Fegiz.
Baca Juga: Efektif Digunakan sebagai Disinfektan, Inilah Cara Aman Menggunakan UV-C
Ini Penjelasan Ahli
Para peneliti menduga ada kemungkinan bahwa alih-alih memengaruhi RNA secara langsung, UVA gelombang panjang mungkin berinteraksi dengan molekul di media pengujian (air liur yang disimulasikan) dengan cara mempercepat inaktivasi virus.
Hal serupa terlihat dalam pengolahan air limbah di mana UVA bereaksi dengan zat lain untuk membuat molekul yang merusak virus.
Jika UVA dapat dimanfaatkan untuk memerangi SARS-CoV-2, sumber cahaya khusus panjang gelombang yang murah dan hemat energi mungkin akan berguna dalam meningkatkan sistem penyaringan udara dengan risiko yang relatif rendah bagi kesehatan manusia.
"Analisis kami menunjukkan, perlunya eksperimen tambahan untuk menguji secara terpisah efek panjang gelombang cahaya tertentu dan komposisi medium," Luzzatto-Fegiz menyimpulkan.
Namun demikian, dengan kemampuan virus corona melayang di udara untuk waktu yang lama, cara teraman untuk menghindarinya adalah memang dengan menjaga jarak sosial dan memakai masker.
Tapi ini tentu merupakan kabar baik, bahwa sinar matahari mungkin membantu kita selama musim panas.
Analisis ini telah dipublikasikan di The Journal of Infectious Diseases. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Ilmuwan: Sinar Matahari Kemungkinan Bisa Merusak Virus Corona Lebih Cepat dari Perkiraan