Penelitian Dalam abstrak penelitiannya, tim mengatakan bahwa kadar vitamin D dikaitkan dengan banyak variabel pengganggu.
Baca Juga: Alasan Harus Rajin Berjemur, Kurang Vitamin D Kamu Bisa Alami Hal Ini
Dengan demikian hubungan vitamin D dan Covid-19 yang dijelaskan hingga saat ini mungkin tidak bersifat kausal atau ada prinsip sebab-akibat. Dilansir Reuters, Kamis (3/6/2021).
Para peneliti mempelajari lebih dari 1,2 juta orang keturunan Eropa dari 11 negara.
"Di sini kami menggunakan sampel MR 2 untuk menilai bukti yang mendukung efek kausal dari tingkat 250HD (25-hidroksi vitamin D) yang beredar pada kerentanan dan keparahan Covid-19," tulis tim peneliti.
Beberapa di antaranya memiliki varian genetik yang menghasilkan kadar vitamin D yang lebih tinggi secara alami.
"Orang dengan varian ini tidak memiliki risiko lebih rendah untuk infeksi virus corona, rawat inap, atau Covid-19 yang parah," tulis para peneliti dalam laporannya.
Hasil mereka menunjukkan bahwa meningkatkan kadar vitamin D pada orang yang kekurangan mungkin tidak akan membantu memerangi virus corona.
Selain itu, Laporte dan tim juga tidak percaya uji coba secara acak yang menguji suplementasi vitamin D akan bermanfaat.
Kendati demikian, para ahli lain masih ingin melihat hasil dari percobaan yang menguji suplemen vitamin D yang diberikan secara acak, utamanya pada orang-orang Afrika dan keturunan non-Eropa lainnya. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Studi Baru: Kadar Vitamin D yang Tinggi Tidak Melindungi dari Covid-19
#Rumahminimalis #Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #rumahtropis