IDEAonline.co.id - Jakarta, 26 November 2021. Sebanyak 7 pemural muda Indonesia menuangkan imajinasi tentang Indonesia baru di tembok sepanjang 110 meter.
Tembok ini berada di sepanjang sisi utara gedung Kompas Gramedia, Palmerah Selatan.
Goresan cat tembok dan cat semprot anak-anak muda itu sekaligus menjadi penanda awal gerakan #RepaintIndonesia, yang berlangsung 23-28 November 2021.
#RepaintIndonesia diprakarasi oleh Rekata Studio dan Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).
#RepaintIndonesia mengusung 5 nilai, yakni memuliakan kehidupan, memuliakan perbedaan, memuliakan kerja, memuliakan pengetahuan, dan memuliakan kreativitas.
"Semua dilakukan lewat kerja-kerja kebudayaan. Suatu bidang kerja yang bersifat lentur dan universal,” ucap Candra Gautama, editor senior KPG, sekaligus penggagas #RepaintIndonesia.
Kelima nilai tersebut, bagi #RepaintIndonesia, kata Candra lebih lanjut, menjadi prasyarat bagi bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan harmonis.
Sekaligus menjadi semacam “penanding” enam karakter orang Indonesia yang pernah dilontarkan wartawan dan sastrawan Mochtar Lubis dalam Pidato Kebudayaan tahun 1977, yakni munafik, tidak mau bertanggung jawab, berperilaku feodal, percaya pada takhayul, lemah karakternya, dan berbakat seni.
Jika tilikan Mochtar itu benar adanya—bahkan karakter itu masih menempel hingga sekarang—maka kita bertanya: mengapa bangsa ini masih bisa bertahan sampai sekarang? Bukannya rontok karena digerogoti dari dalam, bahkan ketika pandemi Covid-19 mendera Tanah Air dua tahun terakhir?
Satu hal yang dilupakan Mochtar, manusia Indonesia yang berkarakter baik lebih banyak daripada manusia Indonesia berkarakter buruk yang dia temui. Itulah orang-orang yang membuat Indonesia tetap bertahan hingga sekarang.
Lima PerhatianSebagai gerakan kolaborasi kerja-kerja kebaikan, #RepaintIndonesia menaruh perhatian pada lima tema fundamental bangsa, yakni etnisitas, keragaman hayati dan perubahan iklim, negeri cicin api, keragaman pangan lokal, dan masalah urban. Semua akan direspons secara kreatif oleh kaum muda lewat kerja-kerja kebudayaan.