Follow Us

Imajinasi Ruang dan Bentuk Arsitektur

Febrina Syaifullana (@vinna_mooo) - Kamis, 05 September 2013 | 00:00
Imajinasi Ruang dan Bentuk Arsitektur
Febrina Syaifullana (@vinna_mooo)

Imajinasi Ruang dan Bentuk Arsitektur

"Apa itu arsitektur?" Pertanyaan sederhana yang sering diabaikan karena terlalu sulit dijawab. Cobalah menyusuri gedung-gedung megah di kawasan segitiga emas, kemudian beristirahat di kawasan Kota, Jakarta. Terasa banyak kata untuk mengungkapkan pengertian tentang arsitektur. Sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan arsitektur dalam dua makna: 1) seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan; 2) metode dan gaya rancangan suatu konstruksi.

Dalam pidato peringatan di Acropolis, sosok paradigmatis dari arsitektur modern Le Corbusier merasa kebingungan dalam mendefinisikan kata arsitektur. "Suatu karya yang baik mampu menyentuh hati saya begitu saja, sehingga saya sangat senang, dan berkata, 'Ini sangat cantik. Itulah arsitektur'," ujarnya.

Tidak sekadar membangun gedung

Arsitektur adalah sebuah gagasan yang besar dan mendalam. Dikatakan demikian sebab arsitektur merefleksikan keputusan-keputusan tentang bagaimana orang seharusnya tinggal, bekerja, dan - bahkan - meninggal. Pada saat yang bersamaan, arsitektur adalah pernyataan kekaguman yang tidak berbatas; kekaguman masing-masing orang terungkap dengan bahasa yang berbeda.

Dalam konteks kekaguman, arsitektur tidak hanya menyingkap kebajikannya dengan begitu saja. Inilah yang membedakan arsitektur dengan bangunan. Ucapan provokatif sejarawan terkenal bahwa "sebuah bangsal sepeda adalah sebuah bangunan; sedangkan Katedral Lincoln adalah bagian dari arsitektur" menggambarkan dengan ringkas kepercayaan sakral itu.

Di lain pihak, arsitektur juga dianggap memiliki kekuatan hebat. Ia adalah pengejawantahan dari budaya dan bahkan peradaban. Ia mampu menerima dan meneruskan nilai spiritual dan kebenaran yang mendalam.

Oleh sebab itu, sebuah karya arsitektur bukanlah sekadar sebuah gedung yang memiliki manfaat. Ia adalah struktur yang telah menjelma menjadi objek-objek monumental dengan keindahan komposisi yang hebat.

Maka wajar jika terjadi pertarungan antara mereka yang memandang arsitektur sebagai "Ibu dari Seni" dan mereka yang bersikeras bahwa arsitektur hanyalah persoalan "Fungsi x Ekonomi". Dengan begitu, penilaian estetika dalam konsep arsitektur dipengaruhi oleh banyak faktor. Adanya isu "trend" menambah sulitnya pengkristalan konsep tersebut.

Sebagai sekadar produk pemuas konsumen, belakangan ini "kulit" dari bangunan telah dikemas dengan penuh semangat dalam pelbagai gaya yang sedang "in", sehingga kesannya ingar-bingar dan saling bertubrukan.

Ledakan pembangunan objek-objek arsitektural yang tampaknya saja hebat, tetapi sebenarnya tanpa arti, juga terjadi. Bangunan dengan "kostum" paling bergayalah yang merenggut minat masyarakat. Penciptanya kemudian memamerkan karya mereka dengan diembel-embeli label seperti post-modernism, neo-classic, high-tech, atau deconstruction.

Padahal arsitektur bukanlah sekadar membandingkan lalu menilai bagus atau jelek. Tidak juga sebuah seni rupa yang penuh misteri. Seorang arsitek harus mendamaikan dan menyatukan begitu banyak konflik ke dalam hidup yang juga begitu kompleks dan kaya. Itu sebabnya arsitektur menjadi seni yang paling jauh jangkauannya dibandingkan dengan lainnya.

Permainan ruang yang imajinatif

Editor : Febrina Syaifullana (@vinna_mooo)

Latest