Follow Us

Imajinasi Ruang dan Bentuk Arsitektur

Febrina Syaifullana (@vinna_mooo) - Kamis, 05 September 2013 | 00:00
Imajinasi Ruang dan Bentuk Arsitektur
Febrina Syaifullana (@vinna_mooo)

Imajinasi Ruang dan Bentuk Arsitektur

Bisa saja orang berpendapat, bukankah yang dimaui orang awam hanyalah hal-hal sederhana, misalnya kota yang enak didiami dan nyaman bagi manusia. Pada kenyataannya, sebagian besar bangunan yang dibuat oleh arsitek memang untuk memenuhi kebutuhan standar macam itu. Selanjutnya kita juga memerlukan tempat untuk merenung, misalnya.

Meskipun media ekspresi yang utama bagi seorang arsitek adalah bentuk dan ruang, sebenarnya ruang, atau tepatnya pewadahan suatu ruanglah yang menjadi pengalaman paling penting dalam arsitektur. Acap kali apa yang dapat dialami dengan kuat oleh orang kebanyakan bukan bangunan itu sendiri, tetapi lirisme dari ruang.

Tengoklah karya-karya arsitektur besar dunia - dari Pantheon yang elegan di Roma sampai Kapel di Ronchamp, dan dari Pompidou Centre di Paris yang bercorak avant-garde sampai bangunan surealistis Gereja Expiatory Sagrada Familia di Barcelona - semuanya, sungguh mencengangkan. Amat variatif. Monumen-monumen agung itu dalam hal gaya, fungsi, atau kerangka memang tidak memiliki kesamaan. Namun, dalam soal pemanfaatan dan permainan ruang semuanya imajinatif dan berdaya cipta.

Bangunan-bangunan itu sepertinya kaya akan manipulasi ruang, sesuatu hal yang selalu dikejar namun jarang dicapai dalam arsitektur. Sulit menjelaskan keriangan yang timbul akibat permainan ruang itu. Philip Johnson menjelaskan tentang Johnson Wax Building karya arsitek Amerika Frank Lloyd Wright di Wisconsin, "Bagiku dan banyak arsitek, itu baru arsitektur. Mampu menciptakan ruang tempat kita merasakan kebesaran agama tanpa harus menyodorkan pernak-pernik tak berguna."

Pada tataran yang sama, tak bisa dipungkiri bahwa arsitektur, yang pertama dan utama, adalah suatu karya yang praktis, ketimbang seni murni. Hal terpenting dari arsitektur adalah ia harus melayani suatu tujuan di luar dirinya sendirinya, yang melampaui sekadar masalah ruang dan bentuk.

Di masa mendatang, mudah-mudahan bakal menjadi masa depan yang memberikan perhatian besar pada peran sosiobudaya dari arsitektur. Sebab, bukankah arsitektur memiliki kekuatan untuk mengubah, memeriahkan, dan memperkaya masyarakat? Arsitektur harus bisa menuntun ke isu-isu yang lebih mendesak dalam kehidupan sosial, juga isu lingkungan.

Memberikan reaksi kreatif terhadap kehidupan, itulah arsitektur. Arsitektur dan kehidupan bagaikan atlet pertunjukan sirkus trapeze, mampu menghibur penonton ketika mereka berhasil saling menangkap, tapi amat memalukan ketika mereka meleset melakukannya.

Foto: sioda/morgueFile.com

Sumber: intisari-online.com

Editor : iDEA

Latest