Follow Us

Era Baru Green Building

Febrina Syaifullana (@vinna_mooo) - Rabu, 11 September 2013 | 04:00
Era Baru Green Building
Febrina Syaifullana (@vinna_mooo)

Era Baru Green Building

Tahukah Anda , sebanyak 40% dari energi global dan 12% dari persediaan air bersih diserap oleh gedung-gedung skala besar. Sumbangsih bangunan gedung terhadap pemanasan global pun tidak kalah mengejutkan. Hampir 40% emisi dunia dan sepertiga CO2 dunia dikontribusi oleh gedung.

Atas konstribusi negatif tersebut, muncul konsep Green Building sebagai bentuk kesadaran dari para professional di bidang bangunan dan konstruksi terhadap kondisi alam. Di Indonesia sendiri, gerakan ini di wadahi dalam lembaga Green Building Council Indonesia.

Salah satu cara untuk mengerakan lembaga ini adalah mengeluarkan sertifikasi "Green" yang telah disepakati bersama. Jalan ini ditempuh untuk menghilangkan ambiguisme dalam konsep Green Building itu sendiri.

Menurut Indra Setiawan, ST, GP selaku Techincal Consultant PT. Airkon Pratama, salah satu anggota Corporate Member of GBC Indonesia, mengungkapkan, bahwa Green Building bisa dilihat dari 3 sisi, yaitu:

Penggunaan lahan yang efisien (tidak merusak lingkungan/lahan hijau, memiliki fasilitas umum di sekitarnya sehingga mengurangi intensitas penggunaan kendaraan pribadi, dll)Penggunaan energi dan air yang optimal. Artinya tidak ada pemakaian energi dan air yang berlebih. Sebagai contoh lampu yang menggunakan sensor gerak dan sensor cahaya, sehingga apabila cahaya dari jendela sudah mencukupi atau di ruangan tidak terdeteksi gerakan, lampu akan otomatis mati.Material yang ramah lingkungan. Artinya bangunan-bangunan ini bukan hanya menggunakan material ramah lingkungan, tapi juga memperhatikan carbon footprint yang dihasilkan dari transportasi material tersebut.

Penggunaan lahan yang efisien (tidak merusak lingkungan/lahan hijau, memiliki fasilitas umum di sekitarnya sehingga mengurangi intensitas penggunaan kendaraan pribadi, dll)

Penggunaan energi dan air yang optimal. Artinya tidak ada pemakaian energi dan air yang berlebih. Sebagai contoh lampu yang menggunakan sensor gerak dan sensor cahaya, sehingga apabila cahaya dari jendela sudah mencukupi atau di ruangan tidak terdeteksi gerakan, lampu akan otomatis mati.

Material yang ramah lingkungan. Artinya bangunan-bangunan ini bukan hanya menggunakan material ramah lingkungan, tapi juga memperhatikan carbon footprint yang dihasilkan dari transportasi material tersebut.

Intinya, Green Building sebenarnya mengarah ke High Performance Building yaitu efisiensi dan optimalisasi. Mulai dari efisiensi energi dan refrigerator, konservasi air, sumber dan siklus material, dan kualitas udara dan kenyamanan udara. Terakhir, manajemen lingkungan bangunan.

Penyesuaian Kategori Penilaian

"Pada dasarnya GBCI bertujuan untuk 'mengaktifkan' rambu-rambu yang memang sudah ada. Artinya, standar-standar yang digunakan oleh GBCI sebenarnya adalah standar-standar yang memang sudah ada, tapi kurang diketahui dan diperhatikan oleh praktisi bangunan," tutur Indra Setiawan.

Indra pun mencontohkan, Peraturan Menteri PU No. 30 Tahun 2006 mengenai aksesibilitas trotoar. Banyak pihak yang belum familiar dengan aturan ini, sehingga membuat GBCI menerapkan peraturan tersebut dalam salah satu kriterianya. Demikian juga untuk standar-standar lain seperti SNI, ASHRAE, Peraturan Pemerintah lainnya.

Editor : Febrina Syaifullana (@vinna_mooo)

Latest