Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Gereja Santa Anna Duren Sawit Jadi Contoh Atas Maraknya Komunitas Tergerbang

- Senin, 14 Mei 2018 | 12:30
Gereja Katolik Santa Anna di Duren Sawit, Jakarta Timur
idea

Gereja Katolik Santa Anna di Duren Sawit, Jakarta Timur

Mustika sempat diperhatikan cukup lama oleh salah seorang penjaga saat sedang mengambil gambar tampak muka bangunan itu.

Hal ini disebabkan karena pada beberapa saat sebelum peristiwa pemboman itu, seorang jemaat yang akan memasuki aula untuk mengikuti misa sempat melihat seorang pria duduk di kursi dekat pintu masuk dengan membawa sebuah kantong plastik hitam yang kemudian berdasarkan penyelidikan pihak yang berwajib terbukti sebagai bahan bom yang dibawa masuk oleh sang pelaku.

Pada desain renovasinya, perancang membangun pagar kea rah jalan Laut Arafuru yang terdapat pintu masuk utama. Pagar ini memiliki tinggi kurang lebih 2,3 meter. Dengan keadaan pagar pintu masuk utama yang selalu tertutup apabila tidak terdapat kegiatan.

Akses masuk yang direncanakan pada rencana tapak sebenarnya terdapat empat buah, yaitu dua di bagian depan (Jalan Laut Arafuru) dan dua di bagian belajang (masuk dari jalan Teluk Mandar) namun sekarang aksesnya hanya ada dua, satu di bagian depan untuk umum dan satu di belakang untuk pengurus paroki. Akses jalan ini berupa jalan kecil yang tidak biasa dilewati umum.

Berdasarkan hasila percakapan ringan dengan penduduk sekitar, Mustika dapatkan informasi bahwa apabila akan diadakan sebuah kegiatan peribadatan besar, sering pihak gereja mendatangkan personil dari kepolisian untuk mengantisipasi agar peristiwa di tahun 2001 yang terjadi kembali.

Menurut pengamatan Mustika, masyarakat sekitar tidak merasa terganggu dengan keberadaan gereja ini, karena memang lokasinya tidak begitu dekat dengan daerah permukiman.

Hanya pada waktu tertentu di mana kegiatan peribadatan besar sedang dilaksanakan akses masuk menuju perumahan melalui Jalan Laut Arafuru mengalami kemacetan karena banyak mobil jemaat yang parker hingga ke tepi jalan.

Lingkungan berkegiatan peribadatan komunitas dengan jenis ketakutan pada ancaman kekerasan yang dihadapi kaum minoritas mengolah ruangnya dengan mengadakan batas sehingga sumber ancaman tidak dapat mendekati.

Kekhawatiran yang dihadapi komunitas kaum minoritas ini dimanifestasikan pada elemen pembatasnya yang mengindikasikan ketidakinginan untuk terlihat oleh kalangan yang bukan anggota komunitas misalnya dengan penggunaan pagar tinggi massif dengan satu akses saja.

Ketakutan masyarakat kota yang dirasakan mengancam kenyamanan hidup pada konteks huniannya memunculkan reaksi yang dimanifestasikannya pada ruang itu.

Editor : iDEA

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular