Follow Us

2 Cagar Budaya Utuh Setelah Gempa Palu, Salah Satunya Makam Penyiar Agama Islam

Alfa - Sabtu, 06 Oktober 2018 | 10:11
Masjid Tua Wani
KOMPAS.com/ROSYID A AZHAR

Masjid Tua Wani

Baca Juga : Ambruk Terkena Gempa Palu, Ahli Ungkap Alasan Jembatan Kuning Tak Usah Dibangun Lagi

Secara fisik, kondisi dan konstruksi bangunan Masjid Tua Wani masih cukup baik dan berdiri kokoh meskipun berada tepat di pesisir pantai.

Tim BPCB menemukan kerusakan bangunan berupa retakan kecil pada dinding dan lantai masjid.

Cagar budaya makam Datu Karama yang lokasinya berada di Kampung Lere tidak mengalami kerusakan berarti.

"Makam Datu Karama tidak jauh dari pusat tsunami," ujar Faiz.

Makam yang berusia ratusan tahun ini hanya mengalami kerusakan pada pagar pembatas yang terdapat di dalam bangunan makam.

Baca Juga : Jadi Santapan Gempa, Begini Alasan Jenis Bangunan Baru di Palu Ini Mudah Roboh!

Tasman Zen dan kawan-kawan ziarah ke makam Dato Karama, ulama penyebar Islam asal Minangkabau di Palu (kiri) dan Gong perdamaian yang dibangun sebagai perlambang perdamaian di Poso (kanan).
Facebook/Tasman Jen

Tasman Zen dan kawan-kawan ziarah ke makam Dato Karama, ulama penyebar Islam asal Minangkabau di Palu (kiri) dan Gong perdamaian yang dibangun sebagai perlambang perdamaian di Poso (kanan).

BPCB Gorontalo akan melakukan konsolidasi berupa perkuatan terhadap bagian yang rusak.

Kedua cagar budaya tersebut memiliki umur ratusan tahun dan terkait dengan masuknya Agama Islam di Palu.

Datuk Karama atau yang lebih dikenal Syekh Abdullah Raqie adalah tokoh penyebar agama Islam pertama di Kota Palu.

Datuk Karama atau Syekh Abdullah Raqie adalah seorang ulama Minangkabau yang pertama kali menyebarkan agama Islam ke Tanah Kaili atau Bumi Tadulako, Sulawesi Tengah pada abad ke-17.

Editor : Alfa

Latest