Catur Gatra Tunggal yaitu empat elemen dalam satu unit.
Pusat kota ditandai dengan sebuah lapangan luas berbentuk segi empat yang disebut alun-alun.
Di satu sisi alun-alun ada kraton (istana), di sisi-sisi lain ada masjid, pasar, dan penjara. Pada kota yang lebih kecil, kehadiran kraton sebagai tempat kedudukan raja diganti dengan kabupaten, atau kawedanan – sesuai dengan tingkatan kotanya.
Baca Juga : 4 Tahun Pemerintahan Jokowi, Intip Tampilan Rumahnya yang Sederhana di Solo
Penggunaan konsep Catur Gatra Tunggal juga digunakanDanang Sutawijaya untuk pertama kalinya membangun Keraton Mataram Islam dan juga saat Paku Buwana II memindahkan keratonnya dari Kartasura ke Surakarta.
Pasar Legi merupakan representasi ruang ekonomi yang wajib diadakan sebagaimana dibangunnya masjid, alun-alun dan pura sebagai representasi kekuasaan.
Secara fisik, bangunan Pasar Legi yang terlacak adalah bangunan dalam bentuk los sederhana yang dipertahankan hingga pada tahun 1930-an.
Baca Juga : Miris! Air PDAM Dekat Rumah Jokowi di Solo Berwarna Merah, Ini Sebabnya
Baru pada era Mangkunegara VII Pasar Legi dibangun lebih “modern” lagi untuk menampung para pedagang yang pada umumnya berasal dari sekitar kota Solo.
Nama Pasar Legi merujuk pada salah satu nama perhitungan hari Jawa yang berjumlah lima yaitu Wage, Kliwon, Legi, Pahing dan Pon.
Pada masa lalu, pasar ini memang hanya ramai pada hari pasaran Legi.