Saat ini, kamp tersebut juga menjadi tuan rumah bagi tim desain dalam membuat rancangan selanjutnya dalam dua tahun terakhir.
Selama proses tersebut, tim merefleksikan percakapan dengan pengungsi guna mengenali trauma migrasi yang memberikan dampak psikologis terhadap komunitas.
Tak melulu tenda biru, tenda pengungsi ini bisa ditiru
Trauma tersebut diketahui dari hasil perjalanan berbahaya yang dilakukan pengungsi menggunakan rakit di tengah Laut Mediterania.
Di kamp tersebut, pengaturan tenda serta kontainer yang luas dan kurangnya area umum dapat menghasilkan alienasi dan disorientasi.
Tim perancang percaya, bahwa area umum yang terorganisasi yang ditawarkan Maidan Tent, dapat memungkinkan komunitas untuk bermain, berinteraksi serta berempati di bawah struktur yang dapat dipindahkan serta melindungi para pengungsi.
Baca Juga : Ini Dia Alasan Mengapa Wajib Menyedot WC, Bisa Cemarkan Air di Rumah!
Kata 'maidan' sendiri diambil dari bahasa Arab yang berarti persegi.
Lebih dari itu, kata tersebut mencerminkan dedikasi skema untuk interaksi sosial.
Maidan Tent mencakup area seluas 200 meter persegi, dengan struktur alumunium yang dilapisi oleh air, angin, dan tekstil tahan api yang menawarkan lingkungan yang terlindungi dan aman bagi 100 orang.
Shelter secara inheren dan fleksibel dengan komponen standar memungkinkan instalasi dan pemeliharaan mudah, serta terdapat delapan ruang modular yang dapat disesuaikan dengan berbagai kebutuhan penggunaan.
Tenda yang juga memiliki bentuk lingkaran ini merupakan upaya sadar untuk memudahkan orang dapat masuk dari sudut manapun.(*)