IDEAOnline-Beberapa peneliti telah beralih pada manuskrip medis kuno sebagai petunjuk penyembuhan penyakit ketika bakteri mematikan tumbuh semakin resisten terhadap antibiotik modern.
Salah satunya salep di abad pertengahan yang berasal dari 1.000 tahun lalu, berhasil menjadi penangkal bakteri di tengah banyaknya antibiotik modern yang gagal.
Ancientbiotic atau antibiotik kuno demikian para peneliti menyebutnya, ditemukan di salah satu buku teks medis paling awal yang diketahui berasal dari Inggris di abad pertengahan.
Seperti dikutip dari Science Alert, Kamis (30/7/2020), manuskrip medis kuno tersebut dikenal sebagai Bald's Leechbook.
Baca Juga: Jutaan Mikroba Penyebar Penyakit Ada di Rumah, Cek Tempat Bersarangnya
Banyak solusi yang ditawarkan dalam buku yang cukup tebal tersebut, termasuk salep untuk menghentikan infeksi di malam hari.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, para ilmuwan telah menunjukkan campuran bahan alami ini, yakni bawang putih, bawang merah atau daun bawang, empedu sapi dan anggur.
Bahan-bahan ini diduga memiliki sifat antiseptik yang kuat. Bahkan, tampaknya bahan-bahan ini bekerja melawan bakteri berbahaya yang telah menjadi resiten atau kebal terhadap beberapa obat modern.
Setelah menyeduh beberapa bahan, termasuk 15 bawang putih dan 15 daun bawang, para peneliti mencoba menguji resep kuno tersebut.
Di masa lalu, resep untuk eyesalve ini telah terbukti membunuh Staphylococcus aureus, bakteri yang menyebabkan penyakit yang disebut golden staph.
Sekarang, pada studi baru yang dipimpin oleh Jessica Furner-Pardoe dari University of Warwick telah mendukung temuan tersebut.
Ketika bakteri membentuk struktur kokoh yang dikenal sebagai biofilm, ramuan salep kuno tersebut bekerja efektif.
S.aureus adalah bakteri yang sangat resisten, sebagian besar karena mereka dapat membentuk biofilm, atau seperti yang dikatakan sebuah penelitian, agregat yang tertutup lendir dari bakteri sessile, melekat secara permanen pada permukaan.
Itu yang kemudian membuat golden staph menjadi penyakit yang berbahaya.
Memecah biofilm pada bakteri membutuhkan konsentrasi antibiotik 100 hingga 1000 kali lebih besar daripada yang diperlukan.
Dalam kasus yang ekstrim, bahkan mungkin memerlukan amputasi untuk menghindari keracunan darah.
Kendati demikian, jika penelitian baru ini benar, maka tidak ada yang tidak bisa ditangani oleh ramuan salep kuno tersebut.
Bahkan lebih baik, salep ini tampaknya bekerja melawan semua bakteri yang sama resistennya.
Baca Juga: Cara Menyiapkan Anak agar Terhindar Covid-19 saat Sekolah Tatap Muka
Baca Juga: Parahnya Covid-19 dan Efek Long Covid Dipengaruhi Bakteri di Usus
Di antaranya Acinetobacter baumanii, Stenotrophomonas maltophilia, S. epidermidis dan S. pyogenes.
Semua bakteri ini dapat menginfeksi luka, membentuk biofilm, dan tumbuh sangat resisten terhadap antiobiotik.
"Kami pikir itu memiliki janji khusus untuk mengobati infeksi kaki pada penderita diabetes," kata ahli mikrobiologi University of Warwick, Freya Harrison, kepada CNN.
Harrison mengatakan infeksi kaki diabetik adalah infeksi biofilm yang sangat resisten.
"Mereka adalah beban kesehatan dan ekonomi yang sangat besar. Mereka benar-benar dapat menjadi tidak dapat diobati," ungkap Harrison.
Ramuan salep tidak dapat dimurnikan Dalam penelitian yang telah dipublikasikan di Scientific Reports, ada yang menarik, yakni ramuan salep bekerja dengan baik sebagai agen antimikroba hanya dalam bentuk akhir obat.
Baca Juga: Tak Semua Arsitek Mencantumkan Biaya Jasa, Bagaimana Cara Menentukan Harga yang Tepat? Wajib Tahu..
Ketika para peneliti mencoba memurnikan setiap elemen, mereka hampir tidak efektif dalam membunuh strain bakteri.
Para penulis menduga ini mungkin kenapa obat herbal sejauh ini tidak tahan terhadap penelitian ilmiah.
Dalam pengembangan dan penelitian obat, lazimnya untuk mengisolasi senyawa tunggal, namun secara historis, akan dilakukan penggabungan dengan bahan alami, memantulkan satu sama lain.
"Jadi, ketika mempertimbangkan produk alami sebagai sumber potensial agen anti biofilm, kita harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa kemanjuran apa pun yang mereka miliki dapat bergantung pada pembuatan produk yang berbeda," tulis para penulis.
Dengan memahami hubungan antara kombinasi produk alami dan aktivitas antimikroba dapat menghasilkan cara baru untuk membuat antibiotik baru dari tumbuhan.
Dalam studi baru lain, misalnya pada anggur menunjukkan sedikit aktivitas antimikroba, baik untuk bakteri yang mengambang bebas atau biofilm.
Tetapi, ketika penulis mengeluarkan anggur dari resep salep, ada penurunan aktivitas yang besar terhadap biofilm pada bakteri S.aureus, yang menunjukkan bahwa ia memiliki beberapa sifat antimikroba yang penting.
Horrison mengatakan kebanyakan antibiotik yang digunakan saat ini berasal dari senyawa alami, tetapi penelitian ini menyoroti kebutuhan untuk mengeksplorasi tidak hanya senyawa tunggal tetapi campuran produk alami untuk mengobati infeksi biofilm.
"Kami berpikir bahwa penemuan antibiotik dari produk alami di masa depan dapat ditingkatkan dengan mempelajari kombinasi bahan, daripada tanaman tunggal atau senyawa," imbuh Horrison Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ramuan Bawang Putih 1.000 Tahun Diklaim Sebagai Antibiotik Paling Manjur, Kok Bisa?
#Rumahminimalis #Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #rumahtropis
(*)