Rumah Tropis Ini Aplikasikan Styrofoam agar Hemat Energi, Kok Bisa?

Minggu, 20 Juni 2021 | 10:00

Ilustrasi sistem dinding dan atap pada bangunan rumah yang menggunakan styrofoam.

IDEAOnline-Ada cara unik dilakukan oleh arsitek Dicky Arypaditomo saat membangun rumah tropis agar ramah lingkungan dan hemat energi.

Tak sekadar merancang desain sesuai kaidah rumah tropis dengan banyak bukaan, dan mengatur layout sesuai arah datang matahari seperti hal yang lazim dilakukan.

Namun, untuk mengupayakan agar hawa dalam rumah tidak panas, sekaligus dapat menghemat listrik, digunakanlah styrofoam di hampir semua elmen bangunan.

Baca Juga: Dapat Wejangan dari Ratu Dangdut, Inul Daratista Ungkap Hal Intim ke Lesty Kejora: 'Kamar Harus Wangi'

Baca Juga: Rumah Tropis Minim Perawatan, Didesain Terbuka Manfaatkan Udara Pantai

Hasilnya udara pun menjadi sejuk dan setiap ruang mendapat pencahayaan alami yang cukup.

Styrofoam dikenal sebagai material yang “bersahabat” dengan panas.

Penggunaan styrofoam pada hampir seleruh elemen bangunan, mulai dinding, lantai, atap, tangga, pergola, hingga septic tank, ternayta mampu mereduksi panas dari luar bangunan hingga 93%. Hal inilah yang menurut Dicky Aryoaditomo, penggunaan styrofoam bisa jadi solusi untuk menmbangun rumah tropis yang hemat energi.

Pemilik rumah, Lukman Masputra, yang rumahnya didesain oleh Dicky telah merasakan keuntungannya ketika menggunakan styrofoam untuk bangunan rumahnya, yaitu, ruangan menjadi cukup sejuk, tanpa perlu menggunakan AC atau pendingin ruangan lagi.

Ricardo de Melo

Rumah tropis hemat energi dengan menggunakan styrofoam.

Mengapa Styrofoam?

Dicky Aryoaditomo menjelaskan, styrofoam merupakan thermal insulation yang mereduksi panas hingga 93% dan mampu meredam suara (sound proof).

Bahannya ringan; 130kg/m2 untuk ketebalan dinding 15cm.

Baca Juga: Yakin sudah Ramah Lingkungan? Tak Hanya Soal Desain dan Material, Jadikan 10 Perilaku Ini Kebiasaan di Rumah

Baca Juga: Material Aman Hadapi Hujan, Papan Fiber Semen Tahan Rayap dan Air

Struktur yang ringan dapat menghindari kerusakan yang berat saat terjadi gempa, sehingga bangunan lebih tahan gempa.

Bangunan dengan material ini juga lebih tahan terhadap api, kelembapan, dan lebih cepat diaplikasikan.

Ada beberapa perusahaan yang memroduksi styrofoam jenis ini.

Harganya bervariasi, tergantung ketebalannya, dan relatif lebih mahal daripada bata dengan campuran semen dan pasir.

Tingkat kemahalannya berkisar 10%-15% dari bata, tapi manfaatnya lebih banyak.

Idea.Grid.Id

Ilustrasi dinding rumah styrofoam.

Bagaimana persiapan dan aplikasinya untuk membangun sebuah rumah? Berikut ini tahapannya.

1. Arsitek menyerahkan gambar desain ke pabrik. Misalnya, gambar dinding, lantai, dan atap.

2. Pabrik memroduksi atau mencetak material styrofoam sesuai gambar desain tadi.

3. Material yang sudah siap diantarkan ke lokasi.

4. Material disusun dan diaplikasikan sesuai dengan desain. Setiap bagian material diberi kode untuk mempermudah penempatan saat pemasangan.

5. Material styrofoam disusun dengan wiremesh sebagai penguat, kemudian diisi semen dan diplester semprot dengan beton (concrete) untuk menutup wiremesh.

6. Setelah kering, dilakukan lagi pelapisan kedua, hingga dicapai ketebalan yang diinginkan.

7. Langkah akhir adalah proses penghalusan material (finishing).

Dicky pun berpesan, agar tak merepotkan dan terjadi masalah, pastikan desain sudah tepat ketika diberikan ke pabrik.

“Akan sangat merepotkan jika terjadi perubanan desain setelah material selesai diproduksi,” ujarnya.

Baca Juga: Wajib Tahu 3 Risiko Ini saat Membangun Rumah dengan Metode Konstruksi dan Material Prefabrikasi

#Rumahminimalis #Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis

(*)

Tag

Editor : Maulina Kadiranti