Apa yang Harus Dilakukan Usai Dapat Vaksin Pertama? Warga Se-Indonesia Coba Catat 5 Hal Ini Agar Tidak Lupa

Rabu, 14 Juli 2021 | 15:30
alodokter

Ilustrasi vaksinasi Sinovac untuk anak umur 12-17 tahun.

IDEAonline -Diketahui,Vaksin terbagi menjadi dua dosis, dosis pertama lalu setelah itu dosis kedua beberapa minggu kemudian.

Jika sedang mempersiapkan diri untuk vaksin dosis pertama, pastikan lakukan hal ini setelah menerima dosisnya.

Yuk kita simak bersama yang sudah dirangkum oleh GridHits.ID:

Kompas.com
Dok. Shutterstock

Meski sudah dua kali vaksin Covid-19, risiko terinfeksi tetap ada. Terry Putri Pengalaminya.

Tetap di tempat untuk obeservasi

Setelah disuntik, IDEA lovers harus tetap di lokasi selama 15 sampai 30 menit.

Baca Juga: Ternyata Semudah Itu, Hanya Bermodalkan Gelas Ibu-ibu Bisa Menajamkan Pisau dalam Sekejap!

Baca Juga: Warga Se-Indonesia Harus Stop Minum Jahe Berlebihan, Ahli Paparkan Fakta Berikut Ini!

Hal ini bertujuan untuk mengobservasi kemungkinan adanya reaksi alergi atau efek samping lainnya.

Berikut adalah tanda-tanda alergi terhadap vaksin.

Tandanya adalah gatal hebat di seluruh tubuh, muntah, bersin-bersin, sesak napas, hingga pingsan.

Namun reaksi alergi akibat vaksin sangat jarang dilaporkan.

Cari tahu tanggal vaksin kedua

Vaksin yang saat ini digunakan di Indonesia membutuhkan dua kali dosis untuk bekerja dengan optimal.

Pastikan Anda mengetahui jadwal vaksinasi berikutnya sebelum meninggalkan lokasi vaksin.

Anda bisa bertanya mengenai ini kepada petugas setempat.

Biasanya, jarak ke suntikan kedua adalah 4 sampai 12 minggu tergantung merk vaksin yang Anda terima.

Segera catat tanggal vaksin kedua Anda ke dalam kalender Anda.

Perhatikanbeberapa efek samping

Baca Juga: Pasti Nyesel Baru Tahu Sekarang, Jangan Lagi Letakkan Kasur Mengarah ke Jalan Raya, Ini Alasannya

Baca Juga: Ternyata Semudah Itu, Hanya Bermodalkan Gelas Ibu-ibu Bisa Menajamkan Pisau dalam Sekejap!

Setelah sampai di rumah, IDEA lovers mungkin merasakan beberapa efek samping.

Efek samping yang dirasakan bisa berbeda-beda setiap orang.

Efek samping ini normal dirasakan, karena tandanya imun tubuh merespon materi genetik virus yang dimasukkan ke dalam tubuh.

Efek samping yang muncul akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1 sampai 3 hari.

IDEA lovers boleh meminum obat penahan sakit seperti parasetamol untuk meringankan efek samping yang mungkin timbul.

Minum banyak air putih dan beristirahat yang cukup juga bisa membantu meredakan efek samping yang dirasakan.

Jika efek samping terusdirasakan hingga lebih dari seminggu, segera hubungi dokter yang memberikan vaksin.

Rawat lengan yang disuntik

Baca Juga: Ternyata Semudah Itu, Hanya Bermodalkan Gelas Ibu-ibu Bisa Menajamkan Pisau dalam Sekejap!

Baca Juga: Simpel dan Low Budget, Yuk Ubah Tampilan Dapur Jadi Lebih Kekinian dengan Cara Ini

Lengan yang disuntik biasanya akan merasakan pegal dan terasa sedikit bengkak.

Untuk mengurangi gejala ini, bisa mengompresnya dengan handuk yang dicelupkan ke air dingin. Kompres secara rutin untuk meredakan bengkak pada lengan.

Tetap lanjutkan protokol kesehatan

Sudah divaksin bukan berarti kebal dari infeksi Covid-19. Namun, antibodi di tubuh Anda akan siap terhadap jika menghadapi virus SARS-CoV-2.

Selain itu, antibodi baru akan terbentuk dua minggu setelah menerima vaksin.Oleh karena itu, Anda tetap harus menerapkan protokol kesehatan.

Diantaranya Anda harus tetap menggunakan masker serta rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 20 detik.

Selain itu, menjaga jarak, jauhi kerumunan dan hindari keluar rumah jika tidak benar-benar diperlukan.

Demikian hal yang harus dilakukan setelah vaksin Covid-19. Jadi, sudahkah Anda mendaftar untuk vaksin?

Mengapa Orang Dewasa Perlu Vaksinasi?

Baca Juga: Peneliti Kembali Buat Geger, Perubahan pada Kuku Bisa jadi Pertanda Terinfeksi Covid-19, Ini Faktanya!

Baca Juga: Warga Se-Indonesia Harus Stop Minum Jahe Berlebihan, Ahli Paparkan Fakta Berikut Ini!

Menurut dokter Dirga, ada tujuh poin penting mengapa orang dewasa penting melakukan vaksinsi, yakni:

1. Belum pernah divaksinasi pada saat kecil.

2. Lansia, dimana antibodi turun akibat penuaan dan perlu vaksinasi ulang.

3. Punya penyakit kronis (contoh: diabetes, sakit jantung) sehingga lebih rentan.

4. Risiko pekerjaan,contohnya tenaga kesehatan.

5. Terkait kehamilan: infeksi menyebabkan cacat janin.

6. Perilaku berisiko,contoh perokok.

7. Alasan bepergian (travelling, umroh, haji).

Dr Purnamawati Sujud, SpA(K), MMped dari Yayasan Orang Tua Peduli (YOP) mengatakan, setiap tahun, dibulan April, WHO mencanangkan pekan imunisasi.

Tahun ini tema yang diambil adalah vaccine works for all. Hal ini mengingatkan bahwa imunisasi adalah hak semua orang lintas usia, sejak dari lahir, anak-aank, remaja, dewasa, dan lansia.

Walaupun, sampai sekarang tidak sedikit masyarakat yang menganggap kalau imunisasi adalah program untuk anak saja.

“Masyarakat kadang lupa anak-anak butuh orangtua yang sehat, untuk jadi sehat mencegah upaya terbaik, efektif, murah, dan hasilnya baik. Pada dewasa penting utuk imunisasi karena dengan bertambahnya usia, daya tahan tubuh menurun, dan membawa penyakit,” kata dokter Purnamawati.

Pada imunisasi anakpun, cakupan di Indonesia masih rendah.

Riset Kesehatan Dasar 2018 menyebutkan, cakupan imunisasi di Indonesia pada anak-anak hanya mencapai 53,7 persen, jumlah ini menurun sejak pandemi.

Apalagi cakupan imunisasi pada orang dewasa lebih rendah lagi.

Padahal untuk memutus rantai terjadinya penyakit infeksi, sejauh ini, vaksinasi masih jadi upaya yang efektif.

Walaupun upaya preventif secara umum dengan perilaku sehat, sementara preventif spesifik dengan imunisasi.

“Ada dua alasan penting imunisasi untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita,” ujar dr Purnamawati.

Pasalnya ada beberapa anak yang tidak bisa divaksinasi sehingga membutuhkan lingkungan yang mayoritas sudah menjalani imunisasi.

Misalnya anak yang menjalani transplantasi hati, tidak bisa mendapatkan vaksin, terutama vaksin ‘hidup’ seperti cacar air, BCG.

Ada jenis vaksin berdasarkan kandungannya.

Ada vaksin mati atau vaksin tidak aktif adalah jenis vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang sudah dimatikan pada suhu tinggi atau proses kimia, contohnya vaksin polio, vaksin DPT.

Ada juga vaksin hidup, yakni vaksin yang tetap dibiarkan hidup tapi dilemahkan, namun sudah tidak menyebabkan penyakit lagi.

Sejauh ini, ada 15 vaksin yang diberikan pada orang dewasa, diantaranya vaksin influenza, HPV, pneumonia.

Sampai saat ini, hanya vaksin TD (tetanus) yang diberikan pada ibu hamil yang ditanggung pemerintah.

Sisanya tidak ditanggung pemerintah.

Sehingga diharapkan masyarakat bisa melakukan vaksinasi secara mandiri.

#Rumahminimalis #Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis

(*)

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber : GridHits.ID

Baca Lainnya