Akhiri Cara Pandang Turun Temurun yang Salah, Ternyata Bata Putih Lebih Unggul dari Bata Merah, Ini Penjelasannya!

Minggu, 08 Agustus 2021 | 09:00
FERNANDO GOMULYA/DOK. DELUTION ARCHITECH

Tampak depan rumah dengan fasad yang didominasi material bata merah.

IDEAOnline-Untuk membuat dinding, kira-kira lebih murah mana antara bata merah dan bata putih?

Bata putih atau nama generiknya beton aerasi ini adalah beton ringan yang proses pembuatannya menggunakan alat yang bemama autoclaved.

Baca Juga: Virus SAR-CoV-2 Menyebar Melalui Aerosol di Udara, Ahli Epidemiologi Tegaskan Teknologi UV-C bisa Jadi Perlindungan Tambahan di Ruang Tertutup

Di dalam alat ini, adonan material dasarnya diberi tekanan uap air hingga suhu sekitar 200°C.

Oleh karena prosesnya menggunakan autoclaved maka material ini disebut sebagai autodaved aerated concrete.

Material bata putih memang sudah cukup lama hadir di pasaran bahan bangunan di Indonesia.

Hanya saja, material ini dulu banyak digunakan di bangunan gedung bertingkat.

Beberapa tahun belakangan ini, bata putih hadir menjadi material altematif unntuk membuat dinding.

Bagi orang awam, jika ingin memakai dan memilih bata putih, secara otomatis ia akan langsung membandingkannnya dengan bata merah yang sudah lazim dipakai.

Lantas apa saja yang membedakannya?

1. Harga, jangan dilihat harga per keping

Harga adalah sesuatu hal yang bisa langsung dibandingkan.

Maklum, konsumen Indonesia selalu membandingkan sebuah barang dari sisi harga. Jika ingin melihat harga bata putih, janganiah melihat harga per buahnya tetapi harga keseluruhan hingga material itu terpasang. Artinya aspek harga dipengaruhi oleh efektivitas material pendukung dan biaya tukang.

Baca Juga: Material Prefabrikasi Pengganti Beton, CLT Sangat Kokoh dengan Tampilan Serat Kayu yang Alami

Ilustrasi-Dinding berongga (hebel) sebelum diplester.

Bata ringan yang dijual berukuran 60 cm x 30 cm, dengan ketebalan bervariasi.

Umumnya untuk dinding biasa menggunakan balok dengan ketebalan 7,5 dan 10 cm.

Harga bata ringan, yang biasanya dijual dalam bentuk 1 blok palet berukuran 1 m3 ini sekitar Rp 650 ribu.

Satu palet bata untuk ketebalan 10 cm berisi kurang lebih 83 buah bata ringan.

Ini artinya, 1 keping bata ringan harganya sekitar Rp 8 ribu.

Jika dilihat dari harga satu kepingnya tentu lebih mahal dari harga bata merah yang per buahnya sekitar Rp 400-500.

Dan bila dihitung kebutuhan per meter persegi dinding, harga material bata ringan ini menjadi sekitar Rp 67 ribu, karena 1 m2 dinding membutuhkan kurang lebih 8,5 keping bata ringan.

Jika Idea Lovers sudah mengetahui perbandingan harga per buahnya dan kebutuhan per meter perseginya, mungkin akan kaget.

Bedanya lumayan jauh dari harga bata merah.

Perbedaan harga inilah yang membuat beberapa orang menganggap material ini mahal.

Baca Juga: Pakai Teknologi Precast Bangun Rumah Hanya Butuh 75 Hari, Ini Buktinya

Ilustrasi bata merah.

2. Hitung dari banyak faktor lainnya.

Tingkat keekonomisan bata ringan sebenamya tidak dapat dilihat dari sisi harga materialnnya

Saja, tetapi dihitung juga dari keseluruhannya, mulai dari material pendukung untuk bahan perekat, ongkos tukang, dan hasil akhir yang didapatkan.

Kebutuhan material penunjang seperti semen dan pasir bisa dihemat.

Adukan mortar untuk pasangan lebih hemat karena tipis.

Beton ringan aerasi hanya membutuhkan adukan pasangan setebal kurang lebih 3 mm.

Sedangkan pemasangan bata membutuhkan adukan pasangan setebal kurang lebih 1,5 cm hingga 2 cm. Cukup hemat bukan pemakaian matenainya?

Selain itu, mortar untuk plesteran bisa dihilangkan karena dinding dari bata ringan bisa langsung diaci.

3.Waktu pengerjaan.

Baca Juga: Untuk Pelat Lantai Pilih Beton Pracetak atau Aerasi? Ketahui Bedanya!

Sedangkan dari sisi waktu pengerjaan, pemasangan bata putih ini jauh lebih cepat.

Sebagai comoh, dalam sehari volume pekerjaan dinding beton ringan aerasi untuk dua orang tukang mencapai sekitar 12—15 m2.

Coba bandingkan dengan pemasangan bata biasa. Untuk memasang bata dalam sehari hanya dihasilkan dinding seiuas sekitar 6 m2.

Dengan dermkian, waktu pengerjaan yang cepat akan membduat ongkos tukang menjadi murah.

Ilustrasi bata putih atau beton aerasi.

4. Hemat Volume struktur

Selain hemat dari sisi waktu dan material pendukung, kelebihan lain matenal ini adalah rigan bobomya.

Bobotnya yang ringan membuat volume elemen struktur bangunan bisa direduksi.

Ini utamanya jika beton aerasi digunakan untuk dinding di lantai 2 ke atas.

Baca Juga: 6 Kelebihan iBrick Dibanding Batu Bata, Material Aman Gempa dan Cocok untuk Rumah Tingkat

Volume elemen struktur seperti kolom, balok, pelat lantai, dan pondasi bisa dikurangi karena beban mati bangunannya ringan.

Karena ringannya ini, bata putih dianjurkan sebagai material dinding pada bangunan yang berada di daerah rawan gempa.

Menurut perhitungan, berat jenis normal bata putih ini sekitar 575 kg/m3.

Berat jenisnya lebih kecil dari berat jenis air sehingga material ini bisa mengapung di atas air. Coba bandingkan dengan berat bata per meter kubiknya. Tentu lebih berat bukan?

Meskipun bata ringan menawarkan keunggulan dibandingkan bata merah, sepertinya masih susah untuk mengganti cara pandang masyarakat yang turun temurun bahwa dinding harus dari bata merah.

Padahal pemakaian bata merah bisa digantikan dengan material alternatif seperti bata putih ini.

#Rumahminimalis #Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis

(*)

Tag

Editor : Maulina Kadiranti