IDEAonline-Kita semua sudah tahu, bahwa Cirebon menjadi sentra pegrajin rotan di Indonesia.
Berbagai furnitur dan perlengkapan berbahan rotan dihasilkan dari salah satu kota di Jawa Barat ini.
Mulai dari kursi, meja, keranjang dan berbagai perlengkapan lainnya.
Namun selain Cirebon, salah satu kabupaten yang ada di Kalimantan Tengah juga menjadi sentra rotan yang ada di Kalimantan bahkan Indonesia.
Dengan luas 325 ribu hektar, kabupaten ini bisa menghasilkan sekitar 99,4 ton rotan per tahunnya.
Baca Juga : 3 Inspirasi Kamar Mandi Unik, Bikin Aktivitas Mandi Jadi Lebih Nyaman
Petani dan pengrajin rotan yang ada di Katingan tergabung dalam koperasi Perkumpulan Petani Rotan Katingan atau P2RK.
Rotan yang ada di Katingan ini juga bukan rotan sembarangan.
Rotan ini sudah memiliki sertifikasi FSC atau Forest Stewardship Council untuk melakukan evaluasi terhadap pengelolaan yang berkelanjutan dan pasokan hasil hutan yang sudah jelas asal usulnya.
Baca Juga : Fotografer Candida Höfer Menangkap 600 Tahun Arsitektur Meksiko Lewat Foto
Rotan Katingan juga menjadi satu-satunya rotan yang ada di Indonesia yang sudah menggunakan logo FSC di pasar global.
Untuk mendapatkan sertifikasi FSC memang bukan hal yang mudah.
Setidaknya ada 3 kriteria yang harus dipenuhi P2RK.
Petama, harus memberikan perlindungan bagi lingkungan sekitar.
Kedua harus menghasilkan keuntungan dari proses produksi.
Baca Juga : Hunian Mewahnya Ikutan Berhijrah, Arie Untung dan Fenita Arie Siap Tinggalkan Rumah
Sedangkan yang ketiga harus memiliki manfaat bagi masyarakat setempat.
Hal ini sudah memenuhi kriteria, karena proses panen rotan yang ada di Katingan ini juga masih tradisional.
Petani rotan yang ada di Katingan mencari batang rotan di kebun, lalu dipanen sambil membersihkan agar pertumbuhan rotan tidak terhambat pertumbuhannya.
Selain itu, rotan juga menjadi andalan masyarakat Katingan.
Baca Juga : Sudah Tajir Milintir Sebelum Terkenal, Intip Hunian Ariana Grande yang Cetak Sejarah Baru di Billboard 100
Hampir 50% penduduk yang tinggal di sekitar hutan memiliki mata pencaharian sebagai petani rotan.
Sejak dulu rotan juga sudah menyatu dengan kebudayaan masyarakat di Katingan.
Bahkan rotan juga digunakan sebagai pelengkap upacara dan perayaan adat.
Pengrajin rotan juga mengembangkan rotan menjadi kerajinan dengan menggunakan motif khas Dayak yang menjadi ciri khas mereka untuk membedakannya dengan daerah pengrajin rotan lainnya.
Baca Juga : Jadi Tradisi Imlek, Singkirkan 5 Barang Ini dari dalam Lemarimu
Meskipun dalam segi pemasaran rotan Katingan juga masih kalah dari rotan Cirebon, namun melimpahnya bahan baku dan kualitas yang mumpuni diharapkan mampu membuat para pengrajin Katingan bangkit dan semakin mempopulerkan rotan.
Hal ini juga didukung oleh segenap pemerintah Kabupaten Katingan yang turut membantu pengrajin.
Baca Juga : Disebut Bangunan Paling Angker, Hotel Ini Pernah Jadi Tempat Tinggal Para Pembunuh Paling Keji
Misalnya dengan mendatangkan pengrajin dari Cirebon dari program transmigrasi dan sistem resi gudang untuk mempertahankan pasokan bahan baku rotan.
“Kita sudah bekerja dengan Cirebon yang katanya industri rotan terbaik di Indonesia.
Namun karena harganya tidak memadai, makanya masyarakat juga mulai meninggalkan rotan” kata Sakariyas, Bupati Katingan pada Rabu (30/1/2019).
Baca Juga : Yuk Kenalan dengan Batshsphere, Bak Mandi Berbentuk Bola yang Tergantung di Langit-Langit
Mengingat prospek sumber daya alam berupa rotan di Katingan cukup melimpah, Bupati juga berharap harga rotan bisa normal kembali dan rotan bisa kembali berjaya serta menjadi sektor unggulan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Untuk sekedar diketahui, harga rotan di Katingan sendiri adalah Rp 6,800 per kilo untuk rotan basah dan Rp 1,300 per kilo untuk rotan kering.
Harga yang terbilang murah untuk rotan dengan kualitas baik dan bersertifikat.(*)