Laporan Tabloid RUMAH 180
IDEAonline -Jika sekali waktu Anda berkunjung ke kawasan Jawa Tengah bagian selatan, terutama daerah Purworejo hingga Kebumen, akan Anda jumpai rumah-rumah tradisional khas Kedu selatan yang usianya di atas 50 tahun-an.
Baca Juga: Cari Tahu di Sini, Jenis Warna dan Risiko Naiknya Konsumsi Listrik
Meski umurnya tua, namun bagian bangunan, terutama pada kayu-kayunya, masih tampak utuh.
Padahal kayu yang digunakan umumnya bukanlah jenis kayu unggulan seperti jati, bengkirai, glugu, maupun nangka, melainkan kayu sengon, waru, bahkan ada juga kayu sukun.
Baca Juga: Selain Asap Rokok, Ini Polusi di Rumah yang Sebabkan Penyakit Pernapasan Hingga Kanker
Bila diolah secara biasa, jenis kayu tersebut sulit bertahan hingga umur lebih dari 50 tahun. Tapi kenapa kayu-kayu “kelas 3” tersebut bisa tahan lama?
“Sebelum digunakan untuk bangunan, kayu-kayu tersebut direndam di kolam terlebih dahulu selama hampir dua bulan. Cara seperti itu sudah biasa dilakukan hingga kini,” jelas Suatmaji (51 th) warga Karangyoso, Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah.
Tujuan pengawetan itu sendiri agar kayu tak mudah rusak, terutama oleh serangan hama kayu seperti bubuk, teter, rayap, bubuk (jamur), dan lain-lain. Pengawetan dilakukan dengan teknis maupun bahan yang ada di alam sekitar.
Ada jenis kayu yang makin lama direndam makin awet. Sebaliknyaada kayu tertentu yang tak perlu berlama-lama dalam rendaman. Namun teknik pengawetan dengan perendaman menyisakan masalah.
1. Direndam
Salah satunya, membutuhkan bak atau tempat penampungan air yang ukuran panjangnya harus sesuai dengan ukuran panjang kayu yang akan direndam.Warga pedesaan biasanya memanfaatkan sungai untuk tempat perendaman.
Masalah lainnya, kayu yang direndam akan mengalami perubahan warna menjadi agak kusam.
Baca Juga: Kesal Tak Boleh Bermain Gadget, Bocah di Singapura Ngambek di Atas Balkon hingga Akhirnya Terjatuh!
Selain itu, perendaman juga menyebabkan kayu berbau kurang sedap. Kayu rendaman memang anti-teter atau bubuk tapi tak selalu anti-rayap.
Cara pengawetan dengan direndam kurang praktis ketika penggarapan kayu harus dilakukan sesegera mungkin.
2. Diasap
Selain perendaman, pengawetan kayu juga bisa dilakukan dengan pengasapan. Caranya dengan menghembuskan asap langsung pada permukaan kayu secara kontinyu.Baca Juga: Berkolaborasi dengan Kemenristekdikti, Intip Persiapan Asia Young Designer Awards 2019
Teknik inilahyang kemudian berkembang menjadi pengovenan.
Pengasapan sederhana sering dilakukan warga pedesaan dengan cara menempatkan batangan kayu, yang akan digunakan untuk bahan bangunan atau mebel, di atas tungku masak di dapur yang bahan bakarnya menggunakan kayu bakar.
Kayu yang terkena asap secara langsung dan rutin selama jangka waktu tertentu dipastikan tahan rayap, bubuk, jamur atau lapuk, maupun serangga kayu lainnya.
Bukti keampuhan pengawetan ini bisa dilihat pada kayu, baik kasau, reng, maupun tulangan yang ada di bagian dapur yang terletak persis diatas tungku.
Karena sering terkena asap saat memasak, maka bagian tersebut akan lebih awet dibanding lainnya. Teknik pengasapan cocok untuk semua jenis kayu.
Namun melakukan pengawetan kayu dengan cara pengasapan juga membutuhkan ruangan yang relatif luas. Ruangan ini untuk penataan agar seluruh permukaan kayu dapat menangkap asap saat proses pengasapan.
Permasalahan lainnya, kayu yang diasapi akan mengalami perubahan warna lantaran terkena jelaga. Selain itu, kayu yang terlampau lama diasapi, jika sudah menjadi bahan bangunan juga menjadi agak sulit dicat.
3. Pengolesan
Teknik pengawetan yang paling praktis yang saat ini banyak dilakukan adalah pengolesan bahan pengawet.Baca Juga: Dapur Bisa Jadi Obat Penghilang Stres Jika 4 hal Ini Telah Dipenuhi!
Caranya adalah dengan mengoleskan bahan pengawet pada seluruh permukaan kayu.
Bahan pengawet bisa pabrikan, bisa pula memanfaatkan bahan sederhana yang gampang didapatkan tanpa harus membeli.
Bahan-pengawet sederhana yang kerap digunakan masyarakat pedesaan misalnya oli bekas, minyak tanah yang diramu urea dan juga campuran ampas kelapa dengan cuka.
Memang tak semua bahan pengawet oles ini aman terhadap kesehatan atau ramah lingkungan.
Dari sekian banyak bahan pengoles, yang dianggap paling ramah lingkungan adalah ramuan ampas kelapa dengan cuka.
Wah baru tau nih!
(*)