Follow Us

Tak Napsu Makan Habis Memasak? Indikasi Kena Efek Buruk Asap Dapur, Kok Bisa?

Johanna Erly Widyartanti - Rabu, 28 Agustus 2019 | 18:07
Asap dapur mengandung lebih dari 300 jenis zat berbahaya. Utamanya, zat yang dapat menciptakan kanker paru-paru.
Super Studio, Koleksi Fotile

Asap dapur mengandung lebih dari 300 jenis zat berbahaya. Utamanya, zat yang dapat menciptakan kanker paru-paru.

IDEAOnline-Saat memasak di dapur pasti akan diikuti dengan hadirnya asap.

Tak peduli di mana kamu menempatkan dapur, di belakang, di tengah, atau di depan rumah, di ruang tertutup ataupun di ruang terbuka, asap akan begitu mudah menyebar ke seluruh ruang.

Nyatanya, berdasarkan penelitian Fotile—perusahaan dan merek peralatan dapur kelas premium—bahaya asap dapur tak hanya mengancam penghuni rumah namun juga merusak barang dan furnitur.

Baca Juga: 2,8 Juta Orang Meninggal Per Tahun karena Polusi, Hadirkan Udara Murni Sesegar Hutan Pegunungan di Rumah, Ini Caranya!

Organisasi Kesehatan Dunia dan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa pun telah mengeluarkan pernyataan bahwa asap dapur telah menjadi ancaman utama bagi kesehatan manusia.

Bahkan masalah minyak dan asap telah menarik perhatian negara-negara yang lebih sering memasak ringan.

Laboratorium Nasional Barkeley memiliki tim peneliti yang telah melakukan banyak percobaan. Kesimpulannya adalah, jika 605 rumah tangga California memasak sekali seminggu dan membuang gas berbahaya ke udara, ini akan menjadi 12 juta kali standar emisi karbondioksida, 10 juta kali standar formaldehida dan 1,7 juta kali standar karbon monoksida.

Baca Juga: Selain Bau Asap, Ternyata Ini Alasan Feng Shui Larang Dapur di Tengah Ruang

Asap dan minyak dihasilkan dari proses pemasakan menjadi sumber polusi di dapur.

Asap dan minyak dihasilkan dari proses pemasakan menjadi sumber polusi di dapur.

Dari serangkaian penelitian dan percobaan ini dapat dipastikan bahayanya minyak dan asap yang asalnya dari dapur terhadap lingkungan dan tubuh.

Pengaruh buruk asap, tidak semua disadari secara langsung oleh penghuni rumah.

Beberapa temuan Fotile saat melakukan survai ke beberapa keluarga di rumahnya, menunjukkan pengaruh buruk asap ini.

Kejadian berikut mengindikasikan adanya pengaruh buruk asap di dapur, yang mungkin saja sering kamu alami namun kamu tidak menyadarinya.

Baca Juga: 5 Cara Kurangi Polusi di Rumah, Bianya Tak Sampai Ratusan RIbu

Pertama, memasak di dapur basah untuk mempersiapkan hidangan buat keluarga, kamu selalu harus mengikat rambut terlebih dahulu agar tak jadi berminyak dan lepek.

Kedua, memiliki dapur kering sangat indah tentu saja, namun saat menggoreng, perabot dapur dan furnitur di ruang makan pun menjadi kotor.

Ketiga, sekali waktu kamu harus memasak dalam jumlah yang besar (banyak) karena akan ada pesta keluarga.

Tetapi, karena banyaknya asap dan minyak yang bertebaran dan dihirup saat memasak, membuat kamu mual, tidak ada nafsu makan lagi saat semua bergembira dan berpesta.

Baca Juga: Selain Asap Rokok, Ini Polusi di Rumah yang Sebabkan Penyakit Pernapasan Hingga Kanker

Pengisap jadi solusi praktis menghilangkan asap dapur.
Koleksi Fotile

Pengisap jadi solusi praktis menghilangkan asap dapur.

Keempat, suatu saat kamu baru menyadari pelapis kulit sofa di ruang keluarga kamu yang terletak bersebelahan dengan dapur, rusak dan mengelupas, padahal menurut usia pakai dan penggunaannya, sehausnya belum saatnya diganti.

Beberapa kejadian di atas mungkin dianggap biasa atau sepele, namun nyatanya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fotile, menunjukkan bahwa asap dapur mengandung lebih dari 300 jenis zat berbahaya.

Yang paling utama, zat yang dapat menciptakan kanker paru-paru yaitu DNP (dinitrosopiperazine).

Zat ini masuk ke tubuh saat terhirup di dapur ketika seseorang menyiapkan makanan.

Dan faktanya, zat berbahaya ini ada 188 kai lipat lebih banyak dari udara segar di luar ruangan.

Nah, jangan sepelekan asap di dapur ya Idea Lover!

Baca Juga: Meski Tak Punya Perangkat Penghisap Asap di Dapur, Ini Dia 5 Cara Jitu Agar Dapur Tetap Harum dan Bersih

(*)

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya

Latest