Namun pupuk ini punya kelemahan yakni terlalu cepat habis, bukan hanya karena diserap oleh tanaman tetapi juga menguap atau tercuci oleh air.
Yang termasuk pupuk fast release antara lain urea, ZA, dan KCL.
Sementara itu, pupuk slow release melepaskan unsur hara yang dikandungnya sedikit demi sedikit.
Hal ini dapat terjadi karena unsur hara di dalam pupuk dilindungi oleh selaput polimer, selaput yang sejenis dengan bahan pembungkus kapsul.
Selain itu, di dalam pupuk ini ditambahkan bahan kimia yang membuat unsur hara dalam pupuk akan lepas secara perlahan-lahan.
“Memang hasilnya tidak secepat pupuk fast release. Namun, dengan lepasnya unsur hara secara berjangka ini, tanaman mendapat pupuk secukupnya sehingga akar tanaman tidak mudah membusuk,” imbuh Sutikno.
Sutikno menambahkan, pupuk slow release ini cocok untuk tanaman hias seperti aglaonema, anggrek, anthurium, euphorbia, dan mawar yang seringkali tidak tahan terhadap pupuk fast release.
Cukup 3 Bulan Sekali
Karena sifatnya yang melepaskan hara secara perlahan, pupuk ini cukup diberikan 3 bulan sekali.
Sutikno mengatakan, umumnya pupuk yang berbentuk butiran ini diberikan sebanyak 7—12 butir, di atas media tanam.