IDEAOnline-Jika tak suka dengan bentuk atap miring, pilih saja atap datar.
Asal dirancang sesuai aturan, atap datar pun tak masalah diterapkan pada rumah beriklim tropis
Meski tergantung selera dan kebutuhan setiap orang, namun pemilihan bentuk atap pada rumah memiliki pengaruh yang besar pada kekuatan atap dalam menanggung beban angin.
Penutup atap terbang, gording lepas, kuda-kuda terangkat, dan kolom kayu bergeser atau terangkat, adalah beberapa masalah jika atap tidak kuat menahan terpaan angin yang datang.
Rita Laksmitasari, arsitek, mengungkapkan, atap berbentuk bulat, dianggap paling ideal.
Bentuk ini akan menjamin beban angin yang diterima oleh atap, akan sama di semua bagian, sehingga atap pun lebih kuat.
Baca Juga: Iklim Tropis, Bukan Musibah tapi Anugerah, Ini Penjelasannya!
Namun, bentuk ini tentu sangat sulit diaplikasikan pada hunian, yang di bawahnya selalu terdapat ruang yang berbentuk persegi.
Bentuk atap sangat berpengaruh pada tekanan angin yang bekerja pada bangunan.
Semakin tinggi bangunan akan semakin besar tekanan anginnya.
Tekanan angin bekerja lebih ringan bila tinggi bangunan lebih kecil dari setengah lebar bangunan.
Kemiringan atap yang memberikan beban angin rendah adalah 10º-30º.
Untuk sudut yang lebih besar dari 30º, perlu kekuatan yang lebih baik dan penutup atap yang sesuai.
Baca Juga: Rahasia Atap Bebas Bocor, Ini Cara Antisipasi & Tanggulangi!
Atap Datar
Masalah yang umum dialami dengan atap bentuk ini adalah suhu ruang yang panas.
Hal ini karena ruang di antara atap dan interior begitu kecil, sehingga panas lebih cepat diteruskan ke dalam rumah.
Karena itu perlu ada ruang di antara atap dan plafon, setidaknya 30 cm-50 cm.
Selain itu, kebocoran juga sering terjadi karena adanya genangan air untuk waktu yang cukup lama.
Genangan terjadi karena kesalahan dalam desain dan pembuatan.
Untuk mencegah genangan, kemiringan atap sedikitnya adalah 2°.
Dengan begitu, air dapat langsung mengalir ke lubang pembuangan.
Ruangan di bawah yang cenderung panas atau dingin, dipengaruhi oleh jenis bahan penutup yang digunakan.
Baca Juga: Tak Hanya Atap, Dinding Rumah Pun Bisa Bocor dan Berjamur Bau Tak Sedap, Atasi dengan Ini
Jika atap menggunakan bahan metal, maka ruang di bawahnya akan terasa panas, karena metal membuat panas matahari langsung dialirkan ke dalam ruang.
Namun, jika bahan penutup yang dipakai adalah beton, maka ruang akan lebih dingin karena beton memiliki penyaluran panas yang tinggi, menyerap panas dari cahaya matahari.
Dari segi membuatnya, atap beton lebih mahal dari atap metal.
Akan lebih baik jika terdapat roof drain, sehingga air hujan bisa langsung disalurkan ke pipa vertikal.
Sedangkan untuk semakin mencegah risiko bocor, atap biasanya mendapat pelapisan cat kedap air (waterproof).
Baca Juga: Enggak Perlu Mahal, Ini Trik Pilih Genting Murah dan Bikin Adem Rumah
Atap Sandar
Merupakan salah satu tipe dari atap miring.
Pada umumya atap ini terdiri dari sebuah bidang atap miring yang bagian tepi atasnyabersandar atau menempel pada tembok bangunan induk (tembok yang menjulang tinggi).
Konstruksi yang digunakan oleh atap ini adalah konstruksi setengah kuda-kuda sebagai pendukung balok gording.
Jika menggunakan penutup atap genting, kemiringan atap yang dianjurkan adalah 30º atau 40º.
Untuk bahan penutup dari seng gelombang, kemiringan atapnya dapat diambil 20º atau 25º.
Untuk jenis penutup ini, pemasangannya tidak memerlukan reng.
Baca Juga: Cuaca Panas tapi Ingin Rumah Sejuk Tanpa AC, Simak Tips dan Triknya
Atap Pelana
Merupakan salah satu tipe atap miring yang terdiri dari dua bidang miring, tepi atasnya bertemu pada satu garis lurus (bubungan).
Tepi bawah bidang di namakan tepi teritis (teritisan).
Pada tepi teritis ini dapat dipasang talang air.
Bahan penutupnya banyak yang menggunakan genting atau seng gelombang.
Bentuk atap ini biasa diaplikasikan pada rumah-rumah sederhana.
Baca Juga: Nyamuk Mudah Berkembang Biak Saat Pergantian Musim, Coba Hadirkan Angin Buatan!
Atap Menara
Atap miring yang mempunyai empat bidang atap dengan sudut apit yang sama besar serta ujung– ujung bagian atasnya bertemu pada satu titik yang cukup tinggi.
Atap menara mempunyai jurai luar yang sama panjang.
Bentuk atap semacam ini banyak digunakan untuk bangunan- bangunan gereja.
Atap Limasan
Berbentuk empat buah susunan segitiga sama sisi dan bagian tengahnya bertemu di satu titik seperti piramid.
Kemiringan dan bentuknya sangat ideal untuk rumah-rumah di Indonesia.
Bentuk atap ini memudahkan air hujan mengalir.
Termasuk sampah dan kotoran yang jatuh ke atap dengan cepat.
Konstruksi rangka atap yang kuat dan tepi atap yang lebar membuat atap limas cukup tahan terhadap terpaan angin keras.
Baca Juga: Suhu Terlalu Tinggi Ganggu Kesehatan, Ini Cara Usir Panas dari Rumah
Dibandingkan bentuk atap lain, atap limas punya sistem rangka atap yang lebih rumit.
Ini mengakibatkan proses pembuatannya jadi lebih rumit pula.
Rangka kayu atau baja yang digunakan jadi lebih banyak, sehingga biaya pembuatannya pun jadi lebih besar.
Rumitnya rangka atap juga membuat ruang di bawah atap jadi tidak bisa dimanfaatkan untuk fungsi lain.
Misalnya untuk loteng atau gudang.
Selain itu, ruang yang sempit juga menyulitkan pemeliharaan dan perbaikan atap.
Baca Juga: Ini Caranya Menikmati Terangnya Matahari di Rumah tapi Tak Kepanasan
(*)