Perlukah Pakai Desainer Interior? Ternyata Ini Peran dan Alasannya!

Johanna Erly Widyartanti - Selasa, 26 November 2019 | 09:00

IDEAOnline-Tentulah beda, baju jadi dengan baju yang dibuat khusus sesuai ukuran badan kita.

Begitulah keberadaan desainer/arsitek interior untuk rumah tinggal.

Mengapa butuh desainer interior?

Inilah pertanyaan yang sering mengemuka saat menimbang akan menata interior rumah.

Selain aspek yang tersebut di atas, ada pula aspek psikologis yang mungkin timbul.

Aspek yang muncul dari keinginan pribadi yang tak sesuai dengan anggota keluarga lainnya.

Realisasi yang berakhir tak sesuai dengan bayangan.

Efek-efek ketidaksesuaian yang akhirnya menimbulkan urusan yang tak perlu, atau bahkan menimbulkan biaya lebih, dan masalah lainnya.

Seorang desainer interior memiliki sensitivitas dari profesionalismenya.

Selain ketiga elemen yang telah disebut di atas, dalam mendesain ruang ada elemen sosiologi-psikologis yang menyangkut karakter, sifat, kebiasaan, panca indra, harmonisasi hubungan setiap anggota keluarga.

Seorang desainer interior profesional telah memiliki pengalaman itu.

Sensitivitas itu sudah dilatih sejak dari bangku pendidikan hingga pengalaman melalui berbagai proyek yang telah dikelolanya.

Tiga hal ini sudah ada dalam diri seorang desainer interior.

- Kemampuan membaca keinginan, karakter, dan kebutuhan pemilik.

- Kemampuan mengakomodasi bayangan pemilik ke dalam gambar dua dimensi atau tiga dimensi

- Keahlian dalam memvisualisasikan, memadupadankan dan mengharmonisasikan keinginan setiap anggota dalam tempat tinggal.

Seorang desainer interior adalah pihak netral yang lebih mengedepankan idealisme interior dengan mementingkan estetika, fungsi, keinginan, dan kebutuhan pemiliknya, dan bukan penjual produk material atau furnitur tertentu.

Hal ini membuat hasil akhir interior tidak seperti atau mewakili showroom tertentu.

Pekerjaan desain interior sangat menyeluruh, dimulai dari arsitektural interiornya, tata letak listrik, pola lantai dan plafon, penanganan finishing interior-arsitektural (lantai, dinding, dan plafon), tata letak furnitur dan space planning, serta pemilihan furnitur dan aksesoris yang menyeluruh karena harus memikirkan harmonisasi ukuran-bentuk-material-warna.

Desainer interior memberikan saran, masukan, dan menjembatani kepentingan setiap anggota keluarga supaya bisa terakomodasi dengan baik tanpa mengurangi peran setiap anggota keluarga.

Beberapa desainer akan menjadi asisten bagi pemilik dalam me-manage dan mengkoordinasi realisasi proyek antara arsitek, sipil, dan pihak mekanikal elektrikal hingga ke pihak supplier untuk pemesanan barang.

Begitu banyak tugas yang diemban seorang desainer interior mulai dari mengenali kliennya, membuat konsep, membuat gambar kerja, mengkoordinasi, hingga mendampingi keresahan dan kekhawatiran kliennya atas hasil akhir yang masih berproses.

Untuk itulah, sebelum menggunakan jasanya, perlu dipastikan apa kebutuhannya terlebih dahulu dan memastikan kecocokan dengan desainer/arsitek Interior yang dipilih.

Di Indonesia, banyak kita temui para arsitek yang juga mengolah interior rumah yang dibuatnya.

Di satu sisi ada kemungkinan penghematan biaya karena cakupan pekerjaan cukup banyak sehingga memungkinkan deal yang lebih ekonomis.

Di lain pihak begitu banyak detail pekerjaan interior yang mungkin tak terpikirkan oleh Arsitek, karena detail arsitektur harus pula diutamakan sebagaimana tanggung jawab keprofesian seorang Arsitek.

Namun kini tak sedikit arsitek yang juga memiliki divisi interior sehingga penanganan interiornya bisa lebih detail.

Bahkan banyak arsitek-arsitek, kini menyarankan kliennya untuk menggunakan desainer interior agar mereka bisa memaksimalkan ‘tugas’ arsitekturalnya dan menyerahkan pekerjaan desain interior pada ahlinya.

(*)