IDEAonline-Bagaimanapun, rumah adalah tempat kembali.
Karenanya, segala hiruk-pikuk dan kepenatan yang tersisa dari jalan mesti lenyap di sini.
Lukman Auliadi dan Siti Zubaidah adalah pasangan muda yang senang berkelana.
Bersamasama, keduanya telah melanglang buana.
Tempat-tempat termahsyur di dunia telah mereka sambangi, mulai dari Lombok, Hokaido, hingga perbukitan di Atrani, Italia.
Tetapi, di balik sifat suka-jalan-jalan mereka ini tersimpan paradoks.
Ketika berada di kota asal, mereka adalah “anak rumahan” yang betah berlama-lama di bawah atap sendiri.
“Aku dan istriku itu anak rumahan.
Kalau libur, ya kami sukanya diam di rumah saja,” begitu kata Lukman.
Berefleksi dari sifat ia dan istrinya, Lukman kemudian mengonsep rumah yang ia yakini akan membuat keluarganya betah dan mengakomodasi sifat ia dan pasangannya sebagai anak rumahan.
Minim isi dan dipulas dengan warna putih, Lukman memasukkan konsep Zen ke dalam huniannya“Kami menerapkan konsep Zen di sini.
Tidak terlalu banyak furnitur.
Dengan jumlah ruang kosong yang banyak, kita justru jadi lebih kreatif.
Pikiran pun rileks.
Sebagai orang kota, kita setiap hari sudah melihat jalanan yang penuh.
Jadi, di rumah inginnya yang lapang saja.
Kami memilih warna putih pun supaya rasanya senantiasa damai bila di rumah,” urai Lukman.
Inspirasi dari Santorini
Meski belum pernah bertandang ke Santorini, Yunani, baik Lukman maupun Ida sangat mengagumi gaya arsitektur di sana.
Keduanya kemudian memilih mengaplikasikan gaya ini di rumah.
Layaknya di Santorini, hunian Lukman dan Ida hanya diisi warna putih dan biru cerah.
Fasad rumah pun dibentuk kurva agar identik dengan bangunan-bangunan di Santorini.
“Kami beli rumah ini dalam bentuk bangunan jadi.
Bagian depan tadinya berbentuk persegi, tapi kemudian kami ubah bentuk kurva agar sesuai dengan rumah-rumah di Santorini,” kisah Lukman.
Tak hanya itu, desain ala Santorini juga diterapkan dalam pilihan perabot rumah tangga.
Baca Juga: Hindari Bakteri yang Bersarang pada Sink, Gunakan Material Pintar Ini
Bila biasanya memilih loose furniture, Lukman dan Ida memilih furnitur built-in.
Bedanya, furnitur built-in di rumah ini tidak berbahan kayu ataupun MDF, tetapi bata dan beton.
Furnitur seperti lemari penyimpanan dan bangku menyatu dengan dinding rumah.
“Di Santorini semuanya seperti ini. Tapi, di sana kan benar-benar diukir dari batu, kalau di sini kami membuatnya dari bata yang disemen lalu dicat.
Konsep seperti ini lebih hemat biaya karena minim perawatan dan tidak perlu diganti-ganti.
Lagipula, posisi rumah kami kan di pinggir sungai.
Baca Juga: Mau Modern dengan Kayu? Intip Inspirasi Dapur Ini, Rapi!
Kalau karena kondisi terburuk kami terkena banjir, kami tidak perlu repot mengangkut perabotan ke atas.
Kan semua perabotan kami yang dari semen tidak mungkin lapuk terkena air,”ujar Lukman sambil tertawa.
Untuk mengatasi kemonotonan warna putih, Lukman dan Ida mengatasinya lewat dekorasi.
Banyak dekorasi di rumah ini yang dibuat sendiri oleh tangan kreatif Ida.
Sisanya, dekorasi ditambahkan lewat tanaman dan buku-buku.
Dengan begini, rumah berkonsep Zen dengan gaya ala Santorini ini telah berhasil menjadi“sarang” ternyaman bagi Lukman, Ida, dan tentunya si buah hati.
Artikel ini tayang di majalah IDEA edisi 162
(*)