Tak ingin terjebak pada desain yang monoton dan menampilkan susunan ruang yang berderet ke belakang layaknya gerbong kereta, sang arsitek bersama Hengki, mencoba menampilkan olah desain yang berbeda.
Sebagai arsitek, Dian tetap mengawali perancangan dimulai dari pemahaman akan kebutuhan Hengki dan sang istri yang adalah seorang dokter, serta kedua anak mereka.
Kegiatan sehari-hari mereka direkam dengan baik dan diterjemahkan oleh Dian ke dalam pola ruang dan desain arsitektur yang sesuai, sebagai wadah kegiatan keluarga kecil ini.
Dasar yang kedua adalah, bagaimana setiap jengkal lahan dapat dimanfaatkan secara optimal.
Untuk mewujudkan ini, Dian memotret setiap aktivitas dan sirkulasi gerak yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga sang klien untuk mengatur pola sirkulasi yang tepat sehiggga hasilnya tak ada satupun ruang terbuang atau tak termanfaatkan.
Hasil dari pendalaman ini menghasilkan rincian kebutuhan sang klien untuk menggunakan secara optimal bagian rumah di lantai 1 untuk kegiatan keluarga yang dilakukan secara bersama.
Sedangkan lantai 2 menjadi ruang yang lebih privat untuk anggota keluarga.
Sang arsitek pun mewujudkannya dengan membuat ruang penerima (ruang tamu) merangkap sebagai ruang keluarga, ruang makan, dapur, dan ruang servis lainnya di bagian belakang rumah di lantai 1.
Sedangkan lantai 2 diisi dengan kamar tidur, kamar mandi, dan ruangan lain yang digunakan secara lebih privat oleh keluarga.
Baca Juga: Begini Tips Penataan Area pada Ruangan Memanjang ala @rumahsederhana_