Ikutan WFH? Jangan Lupa Habiskan Waktu di Gazebo, Ini Hal yang Patut Diketahui Mengenai Gazebo

Saffa Fauziah Kamila - Jumat, 20 Maret 2020 | 15:00

IDEAonline- Pada prinsipnya, gazebo atau bisa disebut sebagai bangunan tanpa dinding memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah menghadirkan unsur hening yang tenang bagi penghuninya.

Hiruk pikuk perkotaan yang bising serta kesibukan yang seolah tak ada habisnya terkadang mendatangkan masalah psikologis seperti stres dan perasaan tertekan.

Karenanya, banyak orang merindukan suasana tenang dan tentram sebagai sarana relaksasi diri selepas beraktivitas.

Ada banyak cara untuk menghadirkan suasana tenteram yang menenangkan.

Menghadirkan unsur hening lewat keberadaan gazebo merupakan salah satu alternatif pilihan yang layak dicoba.

Gazebo atau bangunan kecil tanpa dinding merupakan bangunan pelengkap yang biasanya diletakkan terpisah dari rumah.

Fungsinya beragam dan kian berkembang, mulai dari tempat berteduh dari panas atau hujan, tempat berkumpul, sarana relaksasi, bahkan ruang privat terbuka untuk menentramkan pikiran selepas beraktivitas.

Romantika Saung

Di Indonesia, keberadaan gazebo di sebuah hunian seringkali diinspirasi oleh “bale” atau “saung” berbentuk bangunan kecil serupa yang biasanya terdapat di pedesaan.

Tujuannya adalah untuk menghadirkan unsur keheningan lewat pengadaan ruang makrokosmos (alam) ke dalam ruang mikrokosmos (rumah) selepas penghuninya beraktivitas.

Dari sejarahnya, semua wilayah di Indonesia memang punya keterkaitan dengan gazebo.

Di Bali misalnya disebut “bale bengong”, untuk masyarakat Sunda disebut “saung”, atau bentuk lainnya dapat dilihat dari “pos ronda”.

Istilahnya berbeda, tetapi bentuknya merujuk ke hal yang sama, yaitu gazebo,” tutur Suwardi Hagani, seorang arsitek lanskap.

Populernya keberadaan gazebo di masyarakat Indonesia kemudian terkait pada apa yang disebut Suwardi Hagani sebagai “Romantika Saung”.

Romantika Saung sendiri dapat dimaknai sebagai kebiasaan untuk beristirahat atau sekedar duduk dan mengobrol yang dilakukan oleh para petani selepas bekerja seharian penuh di sawah atau ladang.

Kesukaan masyarakat Indonesia terhadap suasana pedesaan inilah yang selanjutnya menyebabkan banyaknya desain gazebo yang melibatkan elemen alam sebagai pelengkapnya.

Menghadirkan unsur hening yang tenang kemudian dilakukan oleh pasangan Samlani (49) dan Yulianah (49) bagi rumah mereka yang terletak di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan.

Tipe rumah klaster yang berada di hoek sertariuh jalanan akibat lalu lalang kendaraan seringkali menjadi hal yang mengganggu ketenangan penghuninya.

Karenanya, melakukan pemasangan gazebo serta taman pun dipilih sebagai upaya menetralisasi bising.

Penggunaan Elemen Alam

Menghadirkan ketenangan lewat pemilihan material alam kemudian dipilih sebagai penyusun maupun penunjang keberadaan gazebo yang tenang.

Seperti halnya pemanfaatan material kayu dalam konstruksi gazebo milik Samlani.

Tak hanya menimbulkan kesan kokoh, ornamen yang terdapat pada gazebo kayu ini juga mendatangkan kesan hangat dan nyaman.

Penggunaan material alam, melalui ekspos batu alam, seperti batuan koral, andesit, batu kupang, batu pancawarna, dan lain sebagainya dalam bentuk jalan setapak juga menambah kesan natural yang diciptakan.

Selain itu, keberadaan tanaman hijau di sekitar gazebo juga memperkuat kesan natural yang menyejukkan.

Aksesori Pelengkap

Untuk menambah nilai estetika, Samlani selanjutnya menambah tirai pada tiga sisi gazebo.

Tak hanya berperan sebagai pelindung ketika cuaca panas ataupun hujan, pemasangan tirai ini juga berfungsi untuk menciptakan ruang privat non-permanen yang dapat digunakan oleh penghuninya.

Aksesori tambahan berupa kerincingan yang diletakkan di bagian atas gazebo juga memperkuat suasana pedesaan yang diciptakan oleh si pemilik.

Tak lupa, penambahan fitur tambahan berupa railing atau pagar pendek yang dengan ornamen pahatan di tiga sisi gazebo tak hanya dimanfaatkan sebagai penambah dekorasi saja, melainkan juga berperan sebagai sandaran dan pelindung benda agar tidak jatuh keluar gazebo.

Artikel ini tayang di majalah IDEA edisi 279

(*)