IDEAonline -Banyak ahli dan ahli gizi di seluruh dunia mengatakan bahwa kita harus makan makanan organik, banyak makan buah-buahan dan sayuran, minum air putih, tidur minimal 8 jam sehari, menghindari makanan junk food, menghindari cokelat dan hal-hal manis lainnya.
Tapi, apakah Anda tahu bahwa menciptakan lingkungan rumah yang sehat juga merupakan bagian dari detoksifikasi untuk proses hidup bersih? Apalagi jika Anda sehari-hari beraktivitas di rumah.
Ternyata benda-benda di rumahmu sendiri juga bisa jadi penyebab timbulnyakanker. Apa saja? Simak di sini!
1. Pakaian dan sepatu
Jika sebagian besar pakaian yang kita gunakan dicuci dengan teknikdry cleaning(mencuci kering), waspada akan kandungan perchlorethylene di dalamnya.
Bahan kimia perchlorethylene, atau yang biasa disebut dengan tetrachloroethylene, merupakan zat yang dapat digunakan untuk mengeringkan kain atau bahan.
Kandungan perchlorethylene juga bisa kita temukan pada semir sepatu dan pembersih kayu. Perchlorethylene bisa dengan mudah masuk ke tubuh manusia melalui penguapan ke udara, kemudian terhirup oleh pernapasan.
Sebuah penelitian dari American Cancer Society menemukan bahwa paparan tinggi perchlorethylene bisa meningkatkan risiko terserang kanker sel darah putih (leukimia) dan kanker paru.
Namun, sekali lagi risiko kanker tersebut baru muncul bila kita terpapar bahan tersebut dalam jumlah sangat banyak dan sering, misalnya pada pekerja laundry.
Untuk menghindari risikonya, gunakan masker saat mencuci dan menjemur baju atau saat menyemir sepatu.
2. Taman rumah
Zat kimia yang berada di tanah banyak memiliki kandungan dioksin di dalamnya. Dioksin merupakan zat karsinogenik, yang bisa dengan mudah ditemukan pada residu tanaman, debu pada peralatan rumah tangga, maupun kotoran di lantai.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), dioksin merupakan zat beracun yang berbahaya bagi kesehatan, yang pada akhirnya bisa mengganggu fungsi hati, sistem kekebalan tubuh, sistem endokrin, dan sistem saraf.
Bahkan, para pakar kesehatan juga membenarkan bahwa paparan dioksin yang tinggi bisa menyebabkan kanker.
3.Sofa
Selepas bepergian, ketika sampai di rumah biasanya kita akan mencari tempat peristirahatan yang paling empuk dan nyaman.
Salah satunya sofa. Tanpa disadari, sayangnya sofa kita mungkin berpotensi menyebabkan kanker.
Pasalnya, beberapa mebel seperti sofa, kasur, matras, dan benda-benda empuk lainnya dibuat dari bahan TDCIPP. Bahan TDCIPP merupakan bahan anti-api yang bisa memicu timbulnya kanker karena sifatnya yang karsinogenik.
Baca Juga: Yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan di Kamar Mandi, Bahaya Jika Abai!
Tenang, bukan berarti kita tidak boleh duduk di sofa dan tidur di atas kasur.
Selama tidak terpapar bahan-bahan tersebut dalam dosis tinggi seperti di pabriknya, kita masih aman.
4. Cairan pembersih
Cairan pembersih rumah tangga seperti cairan pencuci piring; detergen; dan pembersih karpet, maupun beberapa barang lainnya di rumah yakni alat-alat kosmetik dan cat, banyak mengandung bahan kimia formaldehid.
Formaldehid tidak berwarna, baunya yang kuat, dan mudah terbakar. Bahan ini memang banyak ditemukan dalam berbagai produk rumah tangga.
Dilansir dari laman National Cancer Institute, formaldehid diyakini sebagai zat karsinogen bagi manusia, terlebih bila paparannya terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama. Maka, banyak penelitian yang menyatakan bahwa paparan formaldehid berpotensi untuk menyebabkan kanker jenis tertentu.
Untuk menghindari bahaya bahan kimia ini, selalu gunakan sarung tangan dan masker ketika ingin membersihkan rumah dengan produk-produk pembersih tersebut.
5. Lantai vinyl
Lantai vinyl yang digunakan sebagai alas di dalam rumah mengandung bahan kimia bernama ftalat. Bahan kimia ini biasa digunakan untuk menguatkan daya tahan plastik. Sebenarnya bukan hanya pada lantai vinyl saja, ftalat juga bisa ditemukan pada tirai kamar mandi, wallpaper, penutup jendela, taplak meja, dan benda rumah tangga apa pun yang terbuat dari PVC vinyl.
Jika tubuh terpapar phtalates dalam jumlah banyak, sistem endokrin yang mengatur hormon dalam tubuh akan terganggu. Hal ini dikaitkan dengan risiko kanker payudara, gangguan pertumbuhan, serta masalah kesuburan.
(*)