IDEAOnline-Update berita perkembangan kasus Covid-19 baik untuk jumlah pasien positif terinfeksi atau PDP dan ODP, serta pasien sembuh dan meninggal menjadi informasi yang ditunggu masyarakat.
Selasa (28/4/2020), Reuters memberitakan bahwa ada 2.212 orang dengan gejala Covid-19 di Indonesia meninggal dunia.
Angka ini tiga kali lipat dibanding yang telah dikonfirmasi pemerintah secara resmi.
Data terakhir sampai Selasa (28/4/2020) pukul 12.00 WIB, jumlah pasien positif Covid-19 yang meninggal adalah 773 orang.
Reuters melaporkan bahwa 16 provinsi (dari 34 provinsi) memiliki 2.212 kematian dengan gejala Covid-19 akut hingga Minggu (26/4/2020).
Pasien meninggal ini berstatus pasien dalam pengawasan (PDP).
Data-data itu berasal dari lembaga pemerintahan yang didapat dari rumah sakit, klinik, dan petugas yang mengawasi pemakaman.
Reuters pun memeriksa situs web, mewawancarai pejabat pemerintah, dan meninjau laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sayangnya, Reuters tidak merinci provinsi mana saja yang diambil dalam pencatatannya.
Reuters hanya menjelaskan, ke-16 provinsi tersebut mencakup lebih dari 75 persen dari 260 juta penduduk yang tinggal di Indonesia.
Baca Juga: Cegah Penularan Covid-19, Protokol Harian Ini Sering Dilupakan, Yuk dilihat Lagi
Laporan ini menyusul pernyataan IDI sembilan hari lalu (19/4/2020) yang mengatakan kematian terkait corona di Indonesia lebih dari 1.000 kasus.
Padahal di hari itu, juru bicara pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan bahwa total kematian pasien corona ada 535 orang.
Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M. Faqih mengatakan, jumlah 1.000 kematian terkait corona itu merupakan gabungan antara data korban meninggal dengan pasien yang sudah dinyatakan positif Covid-19 dan korban meninggal yang statusnya masih pasien dalam pengawasan (PDP).
Saat dikonfirmasi, Daeng menjelaskan bahwa data tersebut ia dapat berdasarkan laporan langsung rumah sakit kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Iya benar, kalau ditambahkan jumlah kematian yang positif Covid-19 dan PDP, itu akan lebih dari 1.000," kata Daeng saat dihubungi Kompas.com, Minggu (19/4/2020).
"Nah itu yang belum disampaikan oleh pemerintah. Kematian dengan status PDP ini banyak,' kata Daeng menjelaskan.
PDP yang meninggal kemudian oleh pihak rumah sakit dilaporkan juga sebagai kematian perawatan Covid-19.
Sebab status PDP saat berada di rumah sakit juga dirawat menggunakan prosedur Covid-19 dan saat meninggal dunia juga dimakakan dengan protokol pemakaman Covid-19.
"Angka PDP ini besar dan tidak bisa dihilangkan begitu saja," kata Daeng.
Pandu Riono, pakar epideiolog dari Universitas Indonesia, saat diwawancarai Reuters mengatakan bahwa kematian pasien PDP bisa jadi disebabkan oleh virus corona.
Baca Juga: Waspada Covid-19, Cermati Cara Membersihkan 4 Benda Penting Ini Selama Belajar dan Bekerja di Rumah
Menurut Pandu, hampir sebagian besar kematian pasien PDP disebabkan oleh virus corona baru SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.
"Saya percaya sebagian besar kematian PDP disebabkan oleh Covid-19," kata Pandu kepada Reuters.
Hal itu diyakini Pandu mengingat gejala yang dirasakan PDP merupakan gejala Covid-19 dan tidak ada penyebab kematian lain yang diidentifikasi.
Kepada Kompas.com, Selasa (28/4/2020), Pandu mengatakan bahwa PDP yang telah meninggal dunia tidak memerlukan tes Covid-19 lagi.
"Sebagian PDP sudah diperiksa, tapi hasil belum keluar. Keterbatasan layanan tes membuat prioritas saat ini adalah yang masih dalam perawatan," kata Pandu.
Apa itu PDP? Untuk diketahui, PDP adalah mereka yang memiliki gejala Covid-19 seperti panas dan gangguan pernapasan.
Gangguan pernapasan yang dialami PDP bisa ringat atau berat.
Selain memiliki gejala Covid-19, yang disebut PDP adalah mereka yang pernah berkunjung atau tinggal di daerah yang diketahui merupakan daerah penularan Covid-19.
Tidak hanya itu, disebut PDP jika memiliki indikasi atau diketahui pernah berkontak dengan langsung dengan kasus yang terkonfirmasi atau probabel Covid-19. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Lebih dari 2.200 Orang dengan Gejala Corona Meninggal, Apa yang Terjadi?" Penulis Gloria Setyvani Putri
(*)