IDEAOnline-Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 seringkali menyebut kelompok umur di atas 50 tahun paling banyak meninggal akibat virus corona.
Namun dalam kenyataannya, kematian akibat corona pada anak-anak sama besarnya di Tanah Air.
Tingginya jumlah kematian pada anak di Indonesia karena sebagian besar kasus terlambat dideteksi sehingga ketika datang ke rumah sakit dalam kondisi berat.
Dilansir dari Kompas.com, Ketua Ikatan Doker Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan mengatakan dalam laporan IDAI, sekitar 30 persen kasus kematian pada anak terjadi pada usia 0-1 tahun.
Dalam wawancara dengan VOA Indonesia, Aman melihat pemeriksaan Covid-19 untuk anak di Indonesia masih sangat rendah.
Terkait penelitian terkait Covid-19 pada anak, menurut Dr Malik Peiris, ketua virologi di University of Hong Kong, anak-anak tidak kebal terhadap virus corona Wuhan.
Baca Juga: Baik Tidak Ada Televisi di Kamar Anak? Yuk Pelajari Psikologinya!
Namun, ketika mereka terinfeksi, gejala yang mereka alami cenderung ringan sehingga luput dari pemantauan ahli.
John Williams, pakar penyakit menular anak di University of Pittsburgh Medical Center mengatakan, infeksi tanpa gejala adalah hal yang umum pada anak, terjadi pada 10-13 persen kasus.
Sebuah riset yang terbit bulan Mei di JAMA Pediatrics, mengungkap bahwa anak-anak dan remaja memiliki risiko lebih besar untuk mengalami komplikasi dan kondisi yang parah jika terpapar Covid-19.
Baca Juga: Pahami Psikologi Kamar Anak sebelum Membuatnya, Kata Ahli: Bukan Tempat Ngendon!