Peneliti menggunakan kamera kecepatan tinggi yang menangkap sekitar 5.000-20.000 frame per detik untuk mengamati pergerakkan air tersebut.
Pada studi sebelumnya, pengamatan serupa dilakukan namun dengan kecepatan yang jauh lebih rendah dari rintik hujan yang sesungguhnya.
Baca Juga: Rumput Jepang dan Rumput Gajah Tumbuh Lebat Tidak Botak, Ini Rahasianya!
Tetesan hujan bisa mencapai kecepatan 10 meter per detik.
Tapi dalam studi baru yang telah dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, tim menurunkan air pada objek penelitian dengan kecepatan yang tinggi.
Kemudian merekam berbagai dinamika tumbukan yang terjadi antara air dengan objek, yakni pada sayap kupu-kupu.
Mereka mengamati bahwa ketika tetesan bertabrakan dengan sayap kupu-kupu, air jatuh ke tumpukun mikroskopis atau duri-duri halus yang menciptakan gelombang seperti guncangan pada air tersebut.
Sehingga tetasan air yang berukuran besar tadi terpecah, menjadi berukuran kecil dengan ketebalan yang beragam saat menyebar di atas permukaan objek.
Lapisan lilin berukuran nano yang juga berada pada permukaan sayap kupu-kupu, membantu mengusir air.
Baca Juga: Taman yang Mengundang Kupu-Kupu
Mengurangi kontak antara cairan dan permukaan hingga 70 persen, menurut peneliti.