Suasana dalam ruang ini hening danmistis, terpisah dari kegiatan sehari-hariyang bersifat keduniawian.
Di ruang ini, secara periodik pemilik rumah melakukanritual pemujaan terhadap arwah nenekmoyang (dipersonifi kasikan sebagai DewiSri).
Ritual meletakkan sesajen dilakukansebagai penghormatan terhadapsang pelindung padi, agar senantiasadiberi hasil padi yang melimpah dankesejahteraan dalam rumah tangga.
Berangsur-angsur Lenyap
Peran senthong tengah pada rumahJawa demikian besar karena ruang inidapat berlaku sebagai penghubung antara tempat tinggal, lahan pertanian, dandunia arwah pelindung manusia.
Namunseiring berjalannya waktu, ruang ini punberangsur-angsur kehilangan peran. Masuknya agama-agama modern ke Jawamerupakan salah satu penyebabnya.
Ajaran agama monoteis tidakmembenarkan ritual peletakan sesajendan pemujaan sejenis. Perkembangan selanjutnyamenunjukkan senthong adalah yangpaling pertama “hilang” fungsinya.
Revianto memberi contoh pada salahsatu rumah yang ia amati, karena alasan finansial keluarga maka senthong tengahadalah ruang yang terpaksa disewakan.
Hal ini mereka lakukan karena senthongtengah dianggap tidak lagi memilikifungsi penting.
Pada rumah yang lain, fungsi senthong tengah menjadi tempatmenyimpan benda-benda peninggalanyang sudah tidak terpakai tapi harusdilestarikan.
Ruang ini kini hanya menjadinostalgia kebudayaan yang pernah jaya dimasa lalu.