IDEAOnline-
Baca Juga: Rumah Bau Kencing Kucing? Bersihkan dengan 5 Cara Mudah Ini!
Baca Juga: Suka Pelihara Kucing? Ini Alasan Mengapa Si Pus Harus Divaksin
Berbagi mangkuk makanan
Lingkungan yang terkontaminasi, termasuk perlengkapan tempat tidur.
Penting diketahui, setelah kucing terinfeksi FHV, secara efektif dia akan menjadi pembawa virus seumur hidup.
Ini karena virus tetap berada di sel-sel saraf.
Beberapa kucing dapat melepaskan virus, terutama saat sistem kekebalan kucing ditekan.
Beberapa gejala khas kucing terinfeksi FHV antara lain mengalami konjungtivitas, bersin, radang tenggorokan, lesu, demam, dan kadang-kadang batuk.
Gejala itu bisa muncul dalam beberapa hari atau beberapa minggu setelah terinfeksi.
3. Feline panleukopenia virus
"Feline panleukopeniavirus (FP) menyerang saluran pencernaan, sistem imun, hingga sistem saraf kucing," kata Yeremia.
Dilansir Avma.org, di masa lalu FP adalah penyebab utama kematian pada kucing. Penyakit ini dapat dikendalikan setelah adanya vaksin.
Sama seperti Feline herpesvirus (FHV), FP juga merupakan penyakit virus yang sangat menular antar kucing.
Kitten atau anak kucing dan kucing yang tidak divaksinasi paling berisiko terkena penyakit FP, meski tidak menutup kemungkinan virus ini menginfeksi kucing dari segala usia.
Virus ini menginfeksi dan membunuh sel-sel dengan sangat cepat, seperti sel di sumsum tulang, usus, dan janin yang sedang berkembang.
Baca Juga: Bisa Menjangkiti Manusia, Kutu Kucing Harus Segera Diobati!
4. Rabies
"Kucing itu juga hewan penular rabies.
Menurut website Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika justru (rabies) lebih sering ditemukan pada kucing dibanding anjing," ungkap Yeremia.
Rabies merupakan penyakit yang dapat berpindah dari hewan ke manusia serta dapat mengakibatkan koma hingga kematian.
Anjing lebih dikenal sebagai penyebar penyakit ini, padahal gigitan maupun cakaran kucing yang dibarengi dengan masuknya virus rabies lewat luka tersebut juga dapat mengakibatkan timbulnya rabies pada manusia.
Oleh karena itu, beberapa negara atau daerah dengan populasi kucing yang banyak mewajibkan pemberian vaksin rabies pada kucing.
Vaksinasi ini dapat mencegah munculnya penyakit rabies, termasuk pada manusia.
Di luar keempat vaksin utama tersebut, terdapat vaksin kucing tambahan atau disebut non core vaccine yang hanya diberikan sesuai rekomendasi dokter, tergantung tinggi tidaknya kasus penyakit di suatu daerah, yaitu: Feline leukemia virus (FeLV), yakni penyakit serius akibat infeksi virus yang belum ada obatnya.
Baca Juga: Lindungi Peliharaanmu, Kucing Lebih Tahan Digigit Ular daripada Anjing, Simak Alasannya
Virus ini menyebar dari kucing ke kucing melalui kontak dengan air liur, feses, urine, dan susu yang dikonsumsi secara bersamaan.
Bordetella, vaksin kucing yang bertujuan mencegah infeksi bakteri yang menyerang sistem pernapasan atas.
Bordetella dapat menyebabkan kucing bersin dan belekan. Feline immunodeficiency virus (FIV), vaksin kucing ini dapat meminimalisir munculnya penyakit yang berhubungan dengan immunidefisiensi.
Klamidia, yakni infeksi bakteri yang menyebabkan konjungtivitis pada kucing serta infeksi saluran pernapasan atas.
Setelah memberikan vaksin kucing di atas, kamu dapat berkonsultasi dengan dokter tentang jadwal pemberian booster atau imunisasi tambahan.Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul"Mengenal Jenis Vaksin Kucing dan Penyakit yang Sering Dialami Si Pus"
#BerbagiIDEA #Berbagicerita #BisadariRumah #GridNetwork
(*)