Sandi mengatakan, pertolongan pertama pada luka bakar adalah membersihkan dengan air mengalir selama 20 menit, kemudian diberi salep luka bakar.
Air mengalir disebut Sandi dapat membantu mendinginkan dan melepaskan panas dari luka bakar tersebut.
"Kedua untuk membersihkan. Air itu medium paling simpel untuk membersihkan luka. Itu kenapa harus 20-30 menit karena kita enggak tahu seberapa panas luka kita," ucapnya. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kena Luka Bakar? Jangan Oles Pasta Gigi atau Odol, Ini Alasannya"
#BerbagiIDEA #Berbagicerita #BisadariRumah #GridNetwork
(*)
Pada masa adaptasi kebiasaan baru di tengah pandemi Covid-19, sebagian besar masyarakat tinggal di rumah. Saat berada di rumah, banyak orang menemukan hobi baru seperti memasak atau membuat kue. Namun jika tidak hati-hati, aktivitas di rumah juga dapat menimbulkan risiko luka bakar. Luka bakar bisa disebabkan saat tangan tak sengaja tersiram air panas, terkena minyak panas, menyentuh catokan panas, dan lain sebagainya. Menurut data Riskesdas 2018, angka kasus luka bakar menempati urutan ke-5 sebagai jenis cedera tidak sengaja. Ada tren kenaikan kasus luka bakar di rumah sejak 2013-2018, dari 0,6 persen menjadi 1,3 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Dengan kata lain, ada sekitar 3 juta kasus luka bakar. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang salah dalam melakukan penanganan luka bakar. Dikatakan dr. Sandi Perutama Gani, Medical Expert Combiphar, banyak masyarakat yang mengoleskan pasta gigi, mentega, hingga kecap ketika mengalami luka bakar. Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "Kena Luka Bakar? Jangan Oles Pasta Gigi atau Odol, Ini Alasannya",
https://www.kompas.com/sains/read/2020/07/22/132900723/kena-luka-bakar-jangan-oles-pasta-gigi-atau-odol-ini-alasannya. Penulis : Gloria Setyvani PutriEditor : Gloria Setyvani Putri