IDEAonline -Darah menutupi koridor dan lift di pusat medis yang kini disebut sebagai rumah jagal, kondisi Beirut, Lebanon, pasca ledakan dahsyat sunggu memilukan.
Beirut yang tengah berjuang menghadapi krisis ekonomi dan pandemi Covid-19 kini harus berjuang semakin berat.
Hantaman gelombang kejut dahsyat pada Selasa (4/8) telah menewaskan seditnya 135 orang.
Sementara itu sekitar 5.000 orang terluka dan 250.000 orang dipastikan kehilangan tempat tinggal.
Baca Juga: Salah Penggunaan Hasil Tak Optimal, Ini Perbedaan Ampelas Berdasar Bentuk dan Bahannya
Semuanya terjadi dalam sekejap setelahgelombang kejut menghancurkan muka bangunan, mengeluarkan perabot ke jalan, dan menghancurkan jendela-jendela yang bermil-mil jauhnya dari pusat ledakan.
Korban tewas kemungkinan akan bertambah dari ledakan, yang para pejabat Lebanon menyalahkan pada tumpukan besar bahan peledak yang disimpan di gudang selama bertahun-tahun dalam kondisi yang tidak aman di Pelabuhan Beirut.
Ledakan itu adalah yang paling kuat yang pernah terjadi di Beirut, sebuah kota yang pernah dilanda perang saudara yang berakhir tiga dekade lalu dan sedang terhuyung-huyung dari krisis ekonomi serta gelombang infeksi virus korona.
Ledakan tersebut bahkan mengguncang bangunan-bangunan di Pulau Mediterania, Siprus, sekitar 160 kilometer dari Beirut.
Melansir Reuters, Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan, 2.750 ton amonium nitrat, yang digunakan sebagai bahan baku pupuk dan bom, telah disimpan selama enam tahun di Pelabuhan Beirut tanpa langkah-langkah keamanan, setelah disita.
Aoun menyatakan dalam pidato nasional, Pemerintah Lebanon "bertekad untuk menyelidiki dan mengungkap apa yang terjadi sesegera mungkin, untuk meminta pertanggungjawaban penyebab kelalaian".